Hikayat Achmad Sjaichu (1)

Rapat Rahasia di Markas PBNU Menghasilkan...

Rapat Rahasia di Markas PBNU Menghasilkan...
Potret Achmad Sjaichu dan Bung Karno dalam buku Kembali ke Pesantren. Foto: Repro Wenri Wanhar/JPNN.com.

"Pada bulan Desember," kata Presiden Soekarno, "kita biasanya amat sibuk. MPRS melakukan sidang dan Gedung MPRS terpakai."

Menurut Bung Karno, Gedung MPRS di Bandung merupakan satu-satunya tempat yang tepat untuk menyelenggarakan konperensi. Yakni gedung tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika 1955.

Maka, jadwal dirobah ke tanggal 20 Februari 1965. Ini pun urung. Sebab, di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Bandung, hujan lebat terus menerus sejak akhir tahun.

Atas petunjuk Presiden Soekarno, akhirnya KIAA terselenggara pada 6 hingga 19 Maret 1965.

KIAA diikuti 107 orang mewakili 33 negara. Dan 8 orang peserta lagi sebagai peninjau. Yakni Afghanistan, Australia, Jerman Barat dan Malaysia.

Yang dihasilkan KIAA antara lain deklarasi perdamaian dunia, dan resolusi anti imperialisme. Termasuk resolusi khusus mengenai bangsa Palestina dan hak-haknya untuk menentukan nasib mereka sendiri.

"KIAA yang diakui menjadi bagian dari episode sejarah perjalanan Islam di Tanah Air, merupakan kontribusi dan prakarsa Nadlatul Ulama dengan Sjaichu sebagai ariteknya."

Melalui KIAA lahirlah Organisasi Islam Asia Afrika (OIAA). Acmad Sjaichu diangkat menjadi Presiden Dewan Pusat OIAA yang dikukuhkan oleh Presiden Soekarno.

GAGASAN menyelenggarakan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) didukung penuh Presiden Soekarno. Ketua Panitianya Achmad Sjaichu, tokoh Nahdlatul Ulama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News