Respons Hendry Saputra soal Prestasi Tunggal Putra PBSI

Respons Hendry Saputra soal Prestasi Tunggal Putra PBSI
Hendry Saputra (tengah) bersama Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting. Foto: Badminton Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - PP PBSI menerima kritik tajam terkait sektor tunggal. Induk olahraga bulu tangkis Indonesia itu mengakui bahwa performa sektor ini jauh tertinggal dibandingkan ganda.

Namun, saran banyak pihak untuk mengganti pelatih, khususnya pelatih tunggal putra, bakal sulit dipenuhi. Jabatan itu saat ini dipegang oleh Hendry Saputra.

Saran ini muncul antara lain dari dua legenda tunggal putra Merah Putih. Yakni Rudy Hartono, juara All England delapan kali, serta Taufik Hidayat, sang juara dunia dan peraih emas Olimpiade Athena 2004. Di era merekalah, Indonesia mendominasi persaingan. 'Sudah enggak ada kemajuan sama sekali. Enggak bisa ningkatin (performa) anak-anaknya,'' kata Taufik Senin malam lalu.

Hendry menyikapi segala kritik itu dengan bijak. Dia tidak mempermasalahkan segala komentar miring terhadap dirinya. Hal itu sudah dialaminya sejak dua tahun lalu. Menurut dia, kritik sangatlah wajar. Sebab publik memang menaruh harapan besar terhadap prestasi bulu tangkis Indonesia.

''Pekerjaan ini tidak gampang, karena saya membawa nama negara. Saya tidak tersinggung. Itu malah bisa membuat saya lebih bagus,'' kata Hendry kemarin.

(Baca Juga: Indonesia Gagal Sudirman Cup 2019, Rudy Hartono: Pemainnya Juga Enggak Tahu Diri)

Pelatih PB Tangkas itu malah menyerang balik para pengkritik. ''Ngomong memang gampang. Justru karena mereka tidak mengerti, malah memberikan komentar yang sembarangan,'' ucapnya.

Hendry mengakui, untuk membawa tunggal putra menjadi konsisten perlu proses yang panjang. Tidak bisa instan. Karena itu, di tengah badai kritik, dia berusaha tetap tenang dan berfokus kepada pekerjaannya. ''Kalau (saya) mau diganti, tentu ada mekanismenya. Kalau setiap kalah mau diganti, siapa yang bisa menang terus,'' tandas dia tajam.

Hendry Saputra mengakui, untuk membawa tunggal putra menjadi konsisten perlu proses yang panjang. Tidak bisa instan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News