Ritual Persembahan untuk Dewi Sri, Habiskan Rp 50 Juta

Ritual Persembahan untuk Dewi Sri, Habiskan Rp 50 Juta
Tradisi Ngider Githa dilaksanakan dengan menyanyikan kakidungan sembari berkeliling di areal persawahan. Foto: Agus Yuliawan/Bali Express/JPNN.com

jpnn.com - Masyarakat Bali sangat kaya akan ritual, termasuk yang berkaitan dengan menanam padi. Semua ritual tersebut memiliki makna, agar padi yang ditanam bisa tumbuh subur hingga dipanen dengan hasil berlimpah.

Seperti dilakukan petani di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng dengan tradisi Ngider Githa.

----

BERAGAM budaya agraris yang dilaksanakan petani mulai dari Magpag Toya yakni menjemput air, Nwasen Mewinih (dilakukan saat mulai menabur benih) kemudian Ngendag Amacul (saat mulai mengolah tanah), Nwasen Nandur (saat mulai menamanam).

Selanjutnya, Pesembuahan (umur tanaman padi sekitar 12 hari) atau selesai pemindahan dari tempat pembibitan ke petakan sawah, hingga membuat anggapan atau nini (padi yang dipotong untuk dibuatkan sesajen) sebelum dipanen.

Semua ritual tersebut bertujuan agar padi yang ditanam bisa tumbuh subur hingga dipanen dengan hasil yang berlimpah.

Khusus di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, terdapat tradisi yang mencerminkan rasa terima kasih terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewi Sri atau Dewi Kesuburan.

Masyarakat Desa Sudaji yang tergabung dalam Subak memiliki sebuah tradisi unik yang disebut dengan Ngider Githa. Ngider berarti keliling dengan membawa tuak, arak, dan brem.

Masyarakat Bali sangat kaya akan ritual, termasuk yang berkaitan dengan menanam padi. Semua ritual tersebut memiliki makna, agar padi yang ditanam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News