Sejak 2004 Selalu Kalah, Kini Golkar Bersikap Realistis

Sejak 2004 Selalu Kalah, Kini Golkar Bersikap Realistis
Ketua Umum Golkar Setya Novanto dan Presiden Joko Widodo. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes ‎menilai, Golkar bersikap realistis apabila memilih posisi calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Hal itu dia sampaikan berkaitan dengan ‎politikus muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia yang mendukung Ketua Umum Golkar Setya Novanto (Setnov) menjadi cawapres mendampingi Joko Widodo pada Pilpres 2019.

"Pilih cawapres, Golkar realistis. Tidak ada figur kuat di internal Golkar, dalam arti kata, tidak punya punya tingkat keterpilihan yang kuat," kata Arya kepada JPNN.com, Sabtu (27/5).

Arya menyatakan, Golkar sudah mencoba mengusung calon sendiri dalam Pilpres. Namun sayangnya, partai berlogo pohon beringin itu selalu tidak berhasil.

Pada 2004, pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid kalah. ‎Selanjutnya, pada 2009, Golkar memasangkan Jusuf Kalla-Wiranto. Mereka kembali kalah.

Kemudian pada 2014, Golkar mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Mereka juga kalah menang.

"Golkar mengalami tiga kali kekalahan dalam kontestasi pilpres sejak 2004," ‎ucap Arya.

Terkait duet Jokowi-Setnov, menurut Arya, hal itu sangat sulit terwujud. Pasalnya, Jokowi mencari figur yang minim kontroversi.

Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes ‎menilai, Golkar bersikap realistis apabila memilih posisi calon

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News