Sepenggal Kisah Patmi, Kartini Kendeng Menyemen Kaki

Sepenggal Kisah Patmi, Kartini Kendeng Menyemen Kaki
Sahabat-sahabat Patmi, saat mengenang almarhumah di LBH Jakarta. Foto: Andrian Gilang/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kepergian Patmi (48) untuk selama-lamanya mendatangkan kepedihan bagi sahabatnya. Patmi merupakan seorang petani di kawasan Pegunungan Kendeng.

Patmi berpulang pada Selasa (21/3), pukul 02.55 WIB dalam perjalanan dari LBH Jakarta menuju Rumah Sakit St. Carolus, Salemba. Dia merupakan salah seorang Kartini Kendeng yang merelakan kakinya disemen sebagai bentuk penolakan terhadap pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah.

Ani merupakan tetangga Patmi di Kendeng Pati. Dia menceritakan mengenai perjuangan Patmi dalam memperjuangkan kelestarian alam dan lestarinya Gunung Kendeng.

"Ketika Ibu Patmi‎ mencium bau akan berdirinya pabrik semen di dua kecamatan, Ibu Patmi dengan spontan langsung ikut gerakan," kata Ani di LBH Jakarta, Menteng, Jakarta, Selasa (21/3).

Ani menjelaskan, Patmi mengikuti aksi jalan kaki dari Pati hingga Semarang. Selain itu, Patmi juga mengikuti aksi jalan kaki dari Rembang sampi Semarang.

Terakhir, Patmi juga mengikuti aksi pengecoran kaki dengan semen. "Ibu Patmi gigih perjuangannya dalam pengecoran kaki ini," ucap Ani.

Empat orang perwakilan petani Kendeng menemui Kepala Staf Presiden Teten Masduki, Senin (20/3) kemarin. ‎Ani menyatakan, setelah pertemuan itu, para petani Kendeng ingin beristirahat sejenak dan pulang kampung.

Ani mengajak Patmi untuk pulang. Namun, Patmi menolak tawaran tersebut. Ani pun tak kuasa menahan air mata ketika menceritakan perjuangan Patmi. Dia mengatakan, Patmi memilih untuk tinggal di Jakarta.

Kepergian Patmi (48) untuk selama-lamanya mendatangkan kepedihan bagi sahabatnya. Patmi merupakan seorang petani di kawasan Pegunungan Kendeng.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News