Setop Kematian akibat Rabies, Lakukan Langkah Pencegahannya

Setop Kematian akibat Rabies, Lakukan Langkah Pencegahannya
Ilustrasi: kemenkes

jpnn.com - JAKARTA - Wabah Rabies tidak bisa dianggap enteng. Dari tahun ke tahun jumlah kasus penyakit rabies terus meningkat. Sayangnya hingga kini belum ditemukan obat atau cara pengobatan untuk penderita rabies, sehingga selalu diakhiri dengan kematian pada hampir semua penderita baik rabies pada manusia maupun hewan. 

Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus. (Dalam bahasa Yunani, Lyssavirus artinya mengamuk atau kemarahan). Penyakit ini bersifat akut serta menyerang susunan syaraf pusat pada hewan berdarah panas dan manusia.

Virus rabies ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan, misalnya anjing, kucing, kera, rakun, kelelawar. Penularan virus biasanya dimulai dari air liur hewan yang terinfeksi ke hewan sehat. Sementara virus rabies masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan melalui luka gigitan hewan penderita rabies dan luka yang terkena air liur hewan atau manusia penderita rabies. 

Virus masuk ke tubuh melalui luka gigitan atau dari liur hewan yang terinfeksi (kucing dan anjing) ke hewan sehat selama kurang lebih 2 minggu, pada manusia masa inkubasi 23 minggu, (masa inkubasi terlama, yaitu sekitar 1-2 tahun). Selanjutnya, virus menuju susunan syaraf pusat kemudian ke otak tempat virus melakukan pembelahan, virus berkembang biak di sel-sel syaraf. Kemudian virus menyerang hampir setiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan kelenjar ludah, ginjal dan lainnya. 

Di Indonesia rabies pertama kali dilaporkan secara resmi oleh Esser di Jawa Barat tahun 1884 pada seekor kerbau. Kemudian oleh Penning pada anjing tahun 1889 dan oleh E.V de Haan pada manusia tahun 1894. Penyebaran virus rabies di Indonesia bermula pada tiga provinsi, yaitu Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan sebelum pecahnya perang dunia ke-2. 

Pada dasarnya, distribusi penyakit rabies sangat bervariasi untuk setiap belahan dunia. Di Indonesia hewan penular utama, yaitu anjing sebanyak 98%, monyet dan kucing sebesar 2%.

Data Ditjen P2P Kemenkes RI mencatat, kasus rabies pada manusia mengalami penurunan dari 2010, yaitu 206 kasus menjadi 98 kasus pada 2014. Namun, kembali meningkat pada 2015. Begitu juga dengan kasus rabies pada hewan mengalami penurunan kasus dari 2010, yaitu 1.814 kasus menjadi 1.074 kasus pada tahun 2014 dan meningkat kembali pada 2015. Peningkatan kasus pada tahun 2015 ini salah satunya disebabkan wabah rabies di Bali. 

Kasus kematian rabies meningkat 20 persen dari tahun 2014 ke 2015, di mana kasus Gigitan Hewan Penyakit Rabies (GHPR) meningkat 6.6336 kasus. Secara umum, kasus kematian terbanyak terjadi di Sulawesi Utara, Bali, Kalimantan Barat, dan Sumatera Utara. Kementerian Kesehatan memproyeksikan hal ini bisa jadi karena kaitannya dengan budaya lokal. 

JAKARTA - Wabah Rabies tidak bisa dianggap enteng. Dari tahun ke tahun jumlah kasus penyakit rabies terus meningkat. Sayangnya hingga kini belum

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News