Ternyata, Tommy Winata yang Memberi Angin Segar bagi PTDI

Ternyata, Tommy Winata yang Memberi Angin Segar bagi PTDI
Direktur Produksi PTDI Arie Wibowo. Foto: Mesya Muhammad/JPNN

jpnn.com - KIPRAH PT Dirgantara Indonesia (PTDI)‎ di industri penerbangan tidak bisa diragukan lagi. PTDI memiliki enginer hebat yang laris manis di perusahaan penerbangan asing. Andai BUMN kebanggaan bangsa ini disupport dengan dana besar, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi produsen pesawat dan heli yang diperhitungkan kancah internasional.

PTDI yang dulu dan sekarang jauh berbeda. PTDI yang awal pendirian bernama IPTN, difokuskan untuk menyerap teknologi penerbangan, kini berubah 180 derajat. Sebagai BUMN, PTDI‎ harus menghasilkan provit. Zaman penyerapan teknologi sudah lewat, PTDI harus menjadi perusahaan mandiri dan menghasilkan laba.

Direktur Produksi PTDI Arie Wibowo yang masuk IPTN tahun 1986, merasakan perbedaan itu. Di zaman kepimpinan Presiden Soeharto, IPTN disupport penuh. Anak-anak muda berprestasi disekolahkan oleh Soeharto untuk mempelajari bagaimana membuat pesawat. Ada keyakinan Soeharto, siapa yang menguasai teknologi penerbangan dia yang akan menguasai dunia. 

Program penyerapan teknologi ini berlanjut terus hingga masa kepemipinan Presiden BJ Habibie yang merupakan penggagas berdirinya IPTN. Produk pertama IPTN yaitu N295, adalah pesawat pertama buatan enginer Indonesia dan menjadi tumpangan Presiden Soeharto ketika mengunjungi daerah-daerah terpencil.

Arie yang saat gabung di IPTN sebagai enginer itu menyebutkan peranan pemerintah dalam menyupport industri dirgantara sangat penting. PTDI berisi enginer-enginer handal dan sudah teruji kualitasnya.

Ada ribuan enginer yang dimiliki PTDI, tapi kini tinggal 200 saja. Lantaran lainnya memilih bekerja di perusahaan penerbangan asing.

"Mereka sebenarnya ingin mengabdi di Indonesia, tapi saat PTDI dinyatakan pailit di situlah para enginer kita memilih bekerja di luar negeri. Banyak enginer kita yang bekerja di Airbus maupun Boeing," tuturnya.

Masa-masa sulit PTDI ketika dinyatakan pailit, memang berdampak besar pada seluruh karyawan. Saat itu PTDI terpaksa merestrukturisasi karyawannya hingga tinggal 3.400 orang. PTDI juga tidak merekrut karyawan baru sejak 1998 hingga 2010.

KIPRAH PT Dirgantara Indonesia (PTDI)‎ di industri penerbangan tidak bisa diragukan lagi. PTDI memiliki enginer hebat yang laris manis di perusahaan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News