Unik, Tak Ada Istilah Rehat bagi Nelayan Saria

Unik, Tak Ada Istilah Rehat bagi Nelayan Saria
Dermaga Pelabuhan Perikanan Desa Saria. Dermaga kecil ini biasanya ramai saat kapal tangkap ikan para nelayan berlabuh usai melaut. Foto: SUPARTO MAHYUDIN/MALUT POST/JPNN.com

jpnn.com, HALMAHERA BARAT - Di Maluku Utara, umumnya nelayan akan rehat melaut saat memasuki bulan terang. Mereka percaya, hasil tangkapan berkurang jauh jika rembulan sedang purnama. Nelayan di Saria sebaliknya. Hanya cuaca ekstrem yang dapat menghentikan mereka.

SUPARTO MAHYUDIN, Jailolo

Melaut tampaknya sudah mendarahdaging pada warga Desa Saria, Kecamatan Jailolo, Halmahera Barat (Halbar). 99 persen warganya berprofesi sebagai nelayan, menjadikan desa ini sebagai salah satu pemasok hasil laut utama di Halbar. Bahkan warga yang telah berkarir di bidang lain, pegawai negeri sipil misalnya, tetap melaut usai jam kantor. Tak heran, oleh Pemerintah Kabupaten Halbar, Saria ditetapkan sebagai Desa Nelayan.

Saria terletak di ujung paling barat Kecamatan Jailolo. Nelayan di desa berpenduduk 173 Kepala Keluarga ini dikenal sebagai nelayan tangguh. Tak ada istilah rehat bagi nelayan Saria.

Padahal umumnya nelayan di Malut memiliki “penanggalan” tersendiri saat melaut. Yakni sejak tanggal muda (awal bulan, Red) hingga pertengahan bulan. Pada pertengahan bulan, rembulan di langit mulai purnama. Nelayan dengan sendirinya mengurangi aktivitas melaut.

Bulan terang itu diyakini mengurangi hasil tangkapan ikan. Teori ini bukannya tanpa dasar. Saat terang bulan merupakan masa memijah dan bertelur ikan. Aktivitas ikan untuk berburu pun jadi menurun. Bulan juga mempengaruhi pasang surut air laut dan arus laut. Saat purnama, posisi bulan berada dekat dengan bumi. Alhasil, pengaruh gravitasinya juga mempengaruhi arus bawah laut dengan kencang.

Selain itu, cahaya bulan yang menyebar membuat ikan-ikan cenderung menyebar. Lampu nelayan pun menjadi tidak efektif untuk memancing berkumpulnya ikan.Tak heran, saat bulan terang harga ikan cenderung melonjak.

Namun penanggalan bulan tersebut tak berlaku bagi nelayan Saria. Saat bulan terang pun mereka tetap melaut seperti biasanya. Abdillah Albaar, salah satu nelayan Saria menuturkan, awalnya moyang mereka melaut menggunakan metode yang sama dengan nelayan lain. Yakni melaut sampai malam ke-15 bulan berjalan. Selanjutnya rehat saat terang bulan. Masa istirahat selama dua minggu itu digunakan untuk memperbaiki alat tangkap dan perahu.

Di Maluku Utara, umumnya nelayan akan rehat melaut saat memasuki bulan terang. Mereka percaya, hasil tangkapan berkurang jauh jika rembulan sedang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News