'Tendangan dari Langit' Tayang Serentak 25 Agustus

'Tendangan dari Langit' Tayang Serentak 25 Agustus
Hanung Bramantyo. Foto dok JPG/JPNN.com
Satu lagi film bertema nasionalis bakal meramaikan dunia perfilman tanah air. Mengangkat isu persepakbolaan Indonesia, sutradara kawakan Hanung Bramantyo kembali menelurkan karya terbaru yang berjudul Tendangan dari Langit. Film tersebut akan tayang serentak pada 25 Agustus.

Film berdurasi 117 menit itu berupaya mengangkat isu persepakbolaan Indonesia tanpa melibatkan unsur politik. Hanung memfokuskan pada masalah yang dialami dunia sepak bola Indonsia. Salah satunya adalah persoalan talent scouting atau pencarian bakat pemain sepak bola di tanah air yang kurang digarap.

Ide cerita film tersebut berasal dari pelatih klub Persema Malang Timo Scheunemann. "Ide awal cerita film ini berasal dari Timo," ujar Hanung ditemui dalam konferensi pers film Tendangan dari Langit (TDL) di Mal Gandaria City kemarin (22/8).

Menurut pria yang akrab disapa coach Timo tersebut, selama berkecimpung di dunia sepak bola di Indonesia, dirinya menyaksikan banyak talenta yang terbuang sia-sia. Itu disebabkan tidak adanya ajang pencarian bakat yang sesuai dan menyeluruh hingga menyentuh daerah-daerah pelosok Indonesia.

"Saya melihat, di Indonesia tidak ada talent scouting yang efisien dan sistematis. Kita hanya mencari dari kota-kota besar dan untung-untungan saja. Banyak pemain, seperti karakter Wahyu (tokoh utama film), yang terbengkalai. Kita nggak perlu tokoh. Kita butuh sistem yang baik," paparnya.

Meski ide cerita berasal dari seorang tokoh persepakbolaan, ternyata tidak mudah bagi seorang Hanung Bramantyo mewujudkannya ke dalam sebuah film. Menurut Hanung, ada tiga kesulitan utama yang dihadapinya. Pertama, dia dituntut menghadirkan suasana pertandingan sepak bola yang mewakili euforia pencinta sepak bola. Sebab, kata dia, hasil akhir sebuah pertandingan sepak bola tidak bisa diprediksi dengan tepat. Tidak seperti film atau drama yang ending-nya bisa dibuat. "Pertandingan itu seperti sebuah drama yang kita nggak tahu ending-nya. Rasanya, saya harus menghadirkan suasana stadion ke bioskop," ujar Hanung.

Kesulitan kedua, lanjut Hanung, dirinya harus mampu menghadirkan suasana yang mewakili para penonton pertandingan secara personal. Sementara itu, kesulitan yang ketiga menyangkut cara dia menyajikan karakter pemain bola yang diharuskan memenangkan pertandingan. "Padahal, sebelas pemain itu kan manusia yang punya problem hidup sendiri-sendiri. Jadi, gimana caranya mengatur mereka semua supaya bisa memenangkan pertandingan," paparnya.

Hanung menuturkan, lebih mudah membuat film bertema agama ketimbang olahraga. "Ya, saya belum puas karena ternyata tidak mudah bikin film olahraga. Sebab, kalau salah, urusannya bisa runyam," ujarnya, lantas terbahak.

Satu lagi film bertema nasionalis bakal meramaikan dunia perfilman tanah air. Mengangkat isu persepakbolaan Indonesia, sutradara kawakan Hanung Bramantyo.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News