NATO Berdebat soal Akhiri Misi di Libya

NATO Berdebat soal Akhiri Misi di Libya
NATO Berdebat soal Akhiri Misi di Libya
BRUSSELS - Negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terlibat perdebatan sengit ketika  membahas kemungkinan diakhirinya misi serangan udara di Libya. Pembahasan itu dilakukan seiring perkembangan rencana penarikan pasukan kombatan dari medan perang di Afghanistan.

 

Jatuhnya Muammar Kadhafi, yang kini diduga sembunyi di Sirte atau Bani Walid, di Libya telah membuat NATO mengurangi intensitas serangan udara secara signifikan. Beberapa petinggi NATO menyebut bahwa serangan udara yang sudah nerlangsung enam bulan itu akan dilanjutkan selama para loyalis Kadhafi masih menebar ancaman bagi rakyat sipil di Libya.

 

"Sirte adalah simbol (kekuatan para loyalis Kadhafi). Tetapi, amat penting diingat bahwa kami tak lagi mendapat banyak perlawanan (di Libya) saat ini," ungkap Menteri Pertahanan Prancis Gerard Longuet kemarin (6/10). "Bagi kami, sangat penting untuk mengetahui bahwa Kadhafi telah menghilang dari kota tersebut. Tidak cukup hanya tahu," tambahnya kepada wartawan sebelum menghadiri pertemuan hari kedua para menhan NATO.

 

Komandan tertinggi NATO di Eropa Laksamana James Stavridis merekomendasikan kepada para menlu negara-negara anggota supaya operasi di Libya dilanjutkan hingga pemerintahan baru di bawah Dewan Transisi Nasional (NTC) menyelesaikan proses konsolidasi nasional. Begitu situasi keamanan dinyatakan stabil, Stavridis mengimbau agar status zona larangan terbang diperpanjang hingga dua minggu sampai NATO yakin bahwa perang sudah berakhir.

 

BRUSSELS - Negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terlibat perdebatan sengit ketika  membahas kemungkinan diakhirinya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News