Akhir Pelarian Sang Kolonel

Akhir Pelarian Sang Kolonel
Akhir Pelarian Sang Kolonel
SIRTE - Dengan suara gemetar, pria sepuh berbaju militer dengan warna khaki yang terpojok di sebuah selokan air bersama beberapa orang dekatnya itu berteriak, "Jangan tembak, jangan tembak."

Tangannya yang masih menggenggam pistol berwarna keemasan terangkat tanda menyerah. Kelima orang yang bersamanya terkurung di saluran air di bawah jalan di Distrik 2 yang mengarah keluar Sirte, kota di pesisir Mediterania, sebelah barat Tripoli, Libya, tersebut, juga melakukan hal yang sama.  

Tapi, belasan tentara yang mengepungnya kemarin (20/10) seakan tak mendengar teriakan itu. Pistol emasnya direbut dan kedua kaki si pria tadi ditembak. Ada pula yang menembak perut dan kepalanya. Pria itu pun mengembuskan napas terakhir.

Pria tersebut adalah Muammar Kadhafi. Sebuah akhir yang amat tragis untuk seorang diktator berpangkat kolonel yang selama sekitar 42 tahun menguasai negeri bekas jajahan Italia itu. Turut tewas bersama pria 69 tahun tersebut di selokan itu salah seorang anaknya, Mutassim, dan Kepala Intelijen Abd Allah al-Sanusi.

SIRTE - Dengan suara gemetar, pria sepuh berbaju militer dengan warna khaki yang terpojok di sebuah selokan air bersama beberapa orang dekatnya itu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News