Saya Sempat Kalang Kabut

Saya Sempat Kalang Kabut
Wiendu Nuryanti. Foto: Nicha Ratnasari/JPNN
LAMA berkiprah di dunia kampus, Prof. Dr. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch  tidak banyak dikenal publik. Momen reshuffle kabinet telah memaksa publik untuk lebih mengenal sosok perempuan yang kini menjabat sebagai Wakil Mendikbud Bidang Kebudayaan itu. Apa yang akan dilakukan dengan jabatan barunya itu? Berikut wawancara wartawan JPNN, Nicha Ratnasari, di ruang kerjanya, akhir pekan lalu.


Anda dari dunia kampus dan sekarang di pemerintahan. Sudah siap?

Kalau dari sisi substansi, ini bukanlah dunia baru bagi saya. Selama ini saya juga sudah banyak belajar dari kebudayaan, dalam arti menyusun mengenai rencana induk pengembangan kebudayaan nasional. Kemudian, menyusun draft naskah akademis untuk UU Kebudayaan. Saya kira sejak tahun 1992 sudah mengadakan forum berseri mengenai international conference culture and tourism. Itu setiap dua tahun sekali di UGM. Pembicara - pembicara yang hadir adalah Sekjen PBB kemudian ada pemikir-pemikir masa depan. Dalam hal ini kita membahas bagaimana agenda-agenda pengembangan budaya ke depan.

Bagaimana visi dan misi Anda untuk mengembangkan budaya?
Selain visi dan misi yang tepat dan secara konkrit bersama, tentunya akan dipikirkan bersama melalui rembuk-rembuk budaya. Kalau gagasan saya mengenai itu, kalau untuk visi tentu bagaimana menciptakan budaya kita menjadi tangguh, yang bermartabat, yang berdaulat. Artinya menjadi miliki masyarakat bersama dan juga dihormati di tingkat dunia. Tentunya tetap berlandaskan pada UUD 1945, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, dan prinsip-prinsip yang melandasi jatidiri kita. Kemudian, ke depan juga bagaimana misi untuk turut serta agar kebudayaan Indonesia bisa berkontribusi pada agenda pembangunan kebudayaan di dunia.

Caranya?

Tentunya kita harus berupaya dulu agar kebudayaan kita dihormati dunia. Kedua, dengan cara kita harus bisa mempengaruhi melalui panggung-panggung atau forum - forum dan juga representasi di tataran kebudayaan. Contohnya, di Jakarta kan ada British Council, Erasmus Huis, Central Culture France. Itu kan kantong-kantong kebudayaan. Nah, kita juga harus mampu hadir di dunia, khususnya di negara-negara strategis, di mana menciptakan kantong-kantong kebudayaan Indonesia dan bisa diakses sehingga dekat dengan masyarakat dunia.

LAMA berkiprah di dunia kampus, Prof. Dr. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch  tidak banyak dikenal publik. Momen reshuffle kabinet telah memaksa publik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News