Perjuangan Bidan-Bidan Inspiratif Melawan Kuatnya Tradisi Lokal

Simulasi Bakar Tegaskan Risiko Panggang Api

Perjuangan Bidan-Bidan Inspiratif Melawan Kuatnya Tradisi Lokal
Bidan Meiriyastuti menghadapi budaya lokal memandikan bayi di sungai Batanghari. (19/12) Foto : Srikandi Award for Jawa Pos
Tugas para bidan, terutama di daerah pelosok, tidak semudah yang dibayangkan. Selain medan yang sulit, hambatan lain adalah kuatnya tradisi lokal yang dipegang warga setempat. Padahal, tradisi itu bertentangan dengan kaidah kesehatan.

M. HILMI SETIAWAN, Jakarta

   

MEMANGGANG bayi? Membayangkannya saja sudah bikin bergidik. Tetapi, itulah yang dilakukan oleh warga Desa Jenilu, Kecamatan Kakuluk Atapupu, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bukan hanya bayi yang "dipanggang?, tetapi juga sang ibu. Tradisi yang dipegang erat oleh warga setempat itu bernama panggang api.

   

Selama 7 hari berturut-turut setelah melahirkan, sang ibu dan bayinya wajib melakoni tradisi panggang api. Mereka tidur di ranjang yang bagian bawahnya dipasangi bara api. Persis dengan proses memanggang daging atau makanan lain. Hal tersebut dilakukan selama dua sampai tiga jam. Warga setempat yakin bahwa tradisi itu bakal membuat si bayi lebih kuat. Kepulan asap yang ada membuat bayi dan ibu terus hangat.

   

Tugas para bidan, terutama di daerah pelosok, tidak semudah yang dibayangkan. Selain medan yang sulit, hambatan lain adalah kuatnya tradisi lokal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News