Youk Tanzil: Pengusaha yang 'Gila' Petualangan Alam, Naik Gunung Gunakan Kruk

Abadikan Perjalanan, Jadi Produk Promo Pariwisata ke Seratus Negara

Youk Tanzil: Pengusaha yang 'Gila' Petualangan Alam, Naik Gunung Gunakan Kruk
Youk Tanzil (kaos hitam) berbincang menjelang ekpedisi tahap kedua Ring Of Fire di Jakarta. Foto : Raka Denny/Jawa Pos
Youk Tanzil, 59, punya cara tersendiri untuk mengekspresikan rasa cintanya kepada alam Indonesia. Dia berkeliling Indonesia naik sepeda motor dan hasil dokumentasinya dijual ke seratus negara di dunia. Petualangan penuh risiko, tapi menyenangkan dan menguntungkan.

  SUGENG SULAKSONO, Jakarta

PAGI itu cuaca masih dingin di Kefamenanu, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Tim ekspedisi Ring of Fire Indonesia (RoFI) yang terdiri atas lima sepeda motor besar dan dua mobil pendukung kembali melanjutkan perjalanan di tengah cuaca gerimis untuk menyelesaikan fase pertama dengan rute Kupang-Jakarta.
 
Menyadari melintas di jalanan basah yang tidak terlalu lebar, rombongan yang dipimpin Youk Tanzil membatasi kecepatan di kisaran 30-40 km/jam. Namun, malang tak dapat ditolak, sepeda motor bebek muncul secara tiba-tiba dari arah berlawanan, menyerempet motor paling depan, lalu menabrak motor kedua yang dikendarai Youk. Meski tabrakannya tak begitu keras, tas motor Youk sampai terpental dan menghantam setang motor ketiga yang ditunggangi anaknya, Banyu, 32. Semua terjatuh mencium aspal.
 
Dalam kecelakaan itu, kondisi Youk paling parah. Saat terjatuh, kaki kirinya terjepit engine guard motor Kawasaki jenis off road 600 cc yang dikendarai pengusaha dan kontraktor itu. Akibatnya fatal. Tulang kering kaki kiri Youk patah. Bapak tiga anak itu pun terkapar di pinggir jalan sambil menunggu pertolongan medis lebih lanjut. 
 
Begitu ambulans datang, 30 menit kemudian, Youk dikirim ke RSUD setempat. Setelah menginap semalam di RS itu, dia kemudian dibawa ke Kupang melalui Atambua dengan menggunakan pesawat kecil. Dari Kupang dilanjutkan terbang ke Jakarta untuk menjalani operasi kakinya yang patah.
 
Youk adalah pengusaha yang "gila" petualangan. Karena itu, setelah lima hari tergeletak di rumah sakit untuk proses recovery operasi kakinya yang patah, dia sudah tidak tahan untuk turun melanjutkan petualangannya bersama tim Ring of Fire Adventure yang kala itu sudah berada di Maumere. Maka, meski harus dibantu tongkat penyangga (kruk), Youk tetap nekat terbang ke NTT.
 
"Dokter bilang sudah boleh dilatih jalan, tapi harus pakai kruk," ucap Youk saat ditemui di Rolling Stone Cafe, Jakarta, pekan lalu.
 
Saat itu tim yang berjumlah 12 orang tersebut bersiap mendaki Gunung Kalimutu yang berketinggian 2.000 meter. Youk tak mau tertinggal oleh teman-temannya. Dia tetap nekat mendaki meski harus mengenakan dua kruk. Tak bisa dibayangkan betapa susahnya dia mendaki dengan kondisi kaki yang masih dibalut gips. Tapi, kenyataannya dia mampu sampai ke puncak.
 
Tidak sampai di situ. Youk melanjutkan "kegilaan"-nya dengan mendaki Gunung Rinjani yang tingginya 2.800 meter. Namun, lantaran medan yang berat, Youk tidak bisa sampai puncak. Dia hanya sampai di pelawangan atau posisi satu step di bawah puncak gunung berapi itu.
 
"Medan Rinjani lebih berat ketimbang Kelimutu. Tapi, saya tak boleh melanjutkan ke puncak karena cuaca sudah malam dan ada zat beracun yang berbahaya pada luka kaki saya," tutur suami Sasa tersebut.
 
Meski tak sampai puncak, prestasi Youk mendaki Gunung Rinjani mendapat apresiasi dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) sebagai orang pertama dengan kaki patah yang naik Rinjani.
 
"Kami harus selesaikan komitmen. Tadinya saya pikir juga tidak akan sanggup. Tapi, kita harus belajar di atas situasi, jangan situasi yang di atas kita. Kalau berani start, harus bisa finis," tekad pria kelahiran Surabaya, 13 Maret 1953, itu lantas tertawa.
 
Youk akhirnya bisa menyelesaikan fase pertama dari total lima fase yang akan dia lakoni mengelilingi Indonesia dengan menggunakan sepeda motor. Fase pertama dari Kupang ke Jakarta ditempuh 60 hari dengan sepuluh kali penyeberangan laut.
 
Fase kedua akan start pada 8 April mendatang. Youk menyiapkan Yamaha Tenere XT660Z sebagai tunggangan. Petualangannya itu masih bersama tim yang sama. Perjalanan kedua bakal melintasi puluhan kota dari Makassar menuju Maluku, lalu menyeberang ke Surabaya dan kembali ke Jakarta. Belajar dari pengalaman pada fase pertama, Youk menggandeng perusahaan asuransi AIA Financial sebagai penjamin bila terjadi apa-apa kepada anggota tim.
 
Turut dalam tim, tiga anak Youk. Yakni, Banyu, 32; Chintara Diva, 23;  dan Geovani, 20. "Saya berpikir bahwa warisan negeri ini lebih indah jika dibandingkan dengan warisan lainnya. Karena itu, saya mengajak anak-anak saya agar mereka mengenal langsung warisan negeri yang indah ini. Sebab, selama ini anak saya mungkin lebih tahu Sao Paulo, misalnya, ketimbang Magelang atau Muntilan," ungkapnya.
 
Yang tak kalah penting, melalui PT Ring of Fire Adventures Indonesia yang didirikan pada 2010, dia juga mengabadikan keindahan alam pedesaan dalam tur keliling itu untuk program promosi Indonesia kepada dunia.
 
Dalam ekspedisi tersebut, Youk memang membawa peralatan dokumentasi canggih, kamera fotografi hingga kamera film. Setelah satu fase perjalanan selesai, biasanya Youk mengedit dokumnetasinya itu sendiri menjadi sebuah film dalam potongan berdurasi 5"8 menit untuk dijual ke seratus negara melalui iTunes.
 
"Di sinilah sisi bisnis saya muncul. Jadi, selain kepuasan batin dalam petualangan yang menantang, saya harus bisa mendapat keuntungan dari situ," ujar pemilik sebuah PH (production house) di Jakarta itu.
 
Youk memang bukan orang kemarin sore di PH. Bahkan, perusahaan itu juga memasok acara-acara TV yang cukup digemari. Misalnya, kuis Tak Tik Boom, Galileo, dan Apa Ini Apa Itu. Perusahaannya juga termasuk menjadi pelopor industri corporate presentation dalam bentuk film pendek.
 
Pengemasan dokumentasi Ring of Fire nanti menggabungkan konsep Discovery Channel, BBC Knowledge, National Geographic, Travel and Leisure, dan History. "Dengan cara itu, tayangan tersebut bisa diterima semua segmen, dari ibunya, bapaknya, dan anaknya," harapnya.
 
Penyebaran karya juga akan dilakukan melalui jasa maskapai penerbangan, di kedutaan-kedutaan RI di berbagai negara, serta ke seluruh kedutaan besar asing di Indonesia. Tentu bukan sekadar pasar luar negeri yang diharapkan Youk.

Dia juga tetap menitikberatkan karyanya itu menjadi bagian dari proses edukasi bagi masyarakat Indonesia, terutama anak-anak dan generasi muda. Atas dasar itulah, selain dalam bentuk film, karya petualangan tersebut diformat dalam gambar-gambar komik.
 
"Alangkah baiknya bisa dibaca anak kecil dan member pengetahuan tentang Indonesia. Orang Indonesia sangat visual sehingga diharapkan message-nya lebih sampai dengan komik," tuturnya.
 
Ide "gila" Youk itu muncul justru gara-gara orang Italia. Pada 1971, dia bertemu dengan keluarga Italia yang bekerja di Indonesia. Dari keluarga itu dia mendapat buku tentang Indonesia, tentang perjalanan ke beberapa daerah. Salah satu di antaranya, Pulau Komodo.
 
"Saya menjadi penasaran, mengapa yang menulis buku itu justru orang asing. Buku asli Indonesia tentang keindahan alam negeri ini belum pernah saya temukan hingga saat itu. Dari situlah, saya tergerak untuk melakukan sesuatu. Saya membikin sesutu tentang Indonesia versi orang Indonesia," tuturnya.
 
Bakat Youk memang nakal. Lulus SMA atau saat berusia 18 tahun, setelah menerima buku dari orang Italia,  dia memutuskan berpetualang ke Kupang. Dia ingin tahu seperti apa Pulau Komodo.
 
Kenakalan juga yang membawa dia sampai Prancis. Tinggal di Surabaya hingga usia 15 tahun, Youk lalu hijrah ke Malang, terus ke Bandung, dan melanjutkan kuliah di Prancis. "Di Prancis juga karena rasa ingin tahu saja. Di sana saya kuliah arsitektur sambil menjadi tukang cuci dan bersih-bersih WC di Stasiun Metro di Paris. Yang penting, ada kerjaan," katanya, lantas tersenyum.
 
Dia kuliah arsitektur di Ecole Boulle, tapi tidak sampai mendapat gelar karena dropout pada semester terakhir. "Ibu saya sampai mengelus dada melihat anaknya nakal," ungkapnya.

Di sisi lain, sejak muda Youk pandai mencari uang. Pulang dari Prancis pada 1975, dia pernah menjadi pemborong di Balikpapan. Itulah perusahaan pertama yang dia dirikan pada usia 25 tahun. Namun, tak lama kemudian, dia banting setir dengan bekerja di perusahaan minyak.

Meski karirnya bagus, Youk tidak betah bekerja di perusahaan pertambangan minyak itu. Dia memutuskan keluar. Sejak itu, dia bertualang dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain yang disukainya.

Meski begitu, sebagai pengusaha, dia terbilang sukses. Selain mendirikan beberapa perusahaan, dia juga merupakan pemegang saham Data Comm Asia dan sejumlah perusahaan lain. Yang pasti, menurut dia, saat ini dirinya lebih fokus di PT Ring of Fire Indonesia. "Saya fokus di sini karena misinya menarik hati saya," katanya. (*/ari)

Youk Tanzil, 59, punya cara tersendiri untuk mengekspresikan rasa cintanya kepada alam Indonesia. Dia berkeliling Indonesia naik sepeda motor dan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News