Mbah Surip Lokal untuk Garuda

Mbah Surip Lokal untuk Garuda
Mbah Surip Lokal untuk Garuda
AKAN ada hiruk pikuk lagi di BUMN beberapa hari mendatang. Di samping soal interpelasi, akan ada heboh soal penjualan saham Garuda dan susunan direksi baru perusahaan penerbangan itu. Akan ada juga heboh-heboh soal gula dan tebu. Lalu, segera menyusul kehebohan soal direksi Telkom. Tentu itu belum semuanya. Kehebohan-kehebohan lain bisa saja akan terus menyusul.

Mengapa soal saham Garuda akan heboh? Ini boleh dikata merupakan "heboh turunan". Sejak penjualan perdana saham Garuda ke publik setahun yang lalu memang sudah heboh: Rp 750 per lembar saham dianggap terlalu mahal. Akibatnya, tiga perusahaan grup BUMN yang harus membeli 10 persen saham Garuda waktu itu langsung kelimpungan. Sebab, sesaat setelah IPO, harga saham Garuda nyungsep menjadi hanya Rp 570 per lembar. Bahkan, pernah tinggal Rp 395 per lembar!

Tiga perusahaan sekuritas milik BUMN itu (Danareksa, Bahana, Mandiri Sekuritas) tiba-tiba harus menanggung kerugian ratusan miliar rupiah. Lebih parah lagi, uang yang dipakai untuk membeli saham itu adalah uang pinjaman. Sudah rugi, harus membayar bunga pula. Tentu tiga perusahaan BUMN itu tidak akan kuat lama-lama memegang "saham panas" tersebut. Kalau terlalu lama digenggam, saham panas itu akan membakar tubuh mereka: kolaps.

Itulah sebabnya, ketika menjabat menteri BUMN, saya langsung mengizinkan keinginan tiga perusahaan tersebut untuk segera melepas saham Garuda. Dalam bisnis, selalu ada prinsip ini: Rugi Rp 200 miliar masih lebih baik daripada rugi Rp 400 miliar. Rugi Rp 400 miliar lebih baik daripada rugi Rp 600 miliar. Yang terbaik tentu jangan sampai rugi. Tapi, hanya orang yang tidur seumur hidupnya yang tidak pernah rugi.

AKAN ada hiruk pikuk lagi di BUMN beberapa hari mendatang. Di samping soal interpelasi, akan ada heboh soal penjualan saham Garuda dan susunan direksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News