Tetap Bermarathon Mengejar Si Badai Sandy

Tetap Bermarathon Mengejar Si Badai Sandy
Tetap Bermarathon Mengejar Si Badai Sandy

LEBIH
dari 10.000 pemaraton dari 130 negara, Minggu pagi 4 November itu tetap berlari, sekalipun hanya berkeliling Central Park, New York. Ibarat sudah kepalang basah, sudah tersembur Badai Sandy, mereka tak mau kehilangan kesempatan untuk run.. run.. run..

Suhu New York City pagi itu masih di kisaran 5-7 derajad Celcius. Matahari cukup tegas menatap wilayah East Coast. Sesekali terhalang hitamnya awan, tetapi itu tidak banyak menaikkan suhu yang pekat dan menusuk. Dinginnya pagi itu betul-betul hanya bisa dilawan dengan asyik bermarathon. Setidaknya, bagi kulit tropis seperti saya, harus berulang kali mengolesi pelembab.

Sedikitnya 35 pelari marathon Indonesia yang sudah kepalang basah terbang ke New York pun tidak bisa memendam rasa kecewa. Sebagai kompensasi atas kegagalan itu, mereka tetap berkumpul di Colombus Squere, di pintu masuk Central Park. Mereka berkumpul, mengenakan jaket Merah Putih, topi "Wonderful Indonesia" lalu warming up bersama, memekikkan "Indonesia" dan bersama-sama berlari.

Direktur Pemasaran Luar Negeri Kemenparekraf RI, Nia Niscaya turut mendampingi mereka. Banyak media AS mewawancarai Nia, meminta tanggapan atas pembatalan akibat force major itu. Ibu empat anak yang lahir 15 September 1963 ini pun menjawab dengan bijak dan tidak emosional. "Sebagai partner, kami menghormati apapun keputusan organizer," kata Nia.

LEBIH dari 10.000 pemaraton dari 130 negara, Minggu pagi 4 November itu tetap berlari, sekalipun hanya berkeliling Central Park, New York. Ibarat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News