Islam Menebar Kedamaian

Oleh : Djoko Slamet Sunarto (Sie Kiem San)*

Islam Menebar Kedamaian
Islam Menebar Kedamaian
SEJAK resmi menjadi muslim pada 1989, saya merasa seperti terlahir kembali. Seperti ada energi positif yang menyelinap dalam hati sanubari saya. Yaitu, kedamaian. Ya, setiap kali berzikir, rasa damai dan tenang itulah yang menyelimuti. Saya meyakini sepenuhnya firman Allah SWT yang menyatakan, "ala bizikrillahi tatmainnal qulub…" Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang (QS Ar Rad: 28).

Setiap kali dilanda gelisah, zikir adalah penangkalnya. Zikir dalam pengertian yang luas. Setiap kali mengucapkan lafaz "Laa Ilaaha Illallah", saya sering kali tertegun. Jika diresapi maknanya bahwa hanya Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah SWT. Semua yang sering dituhankan manusia tidak berarti. Harta dan kekuasaan misalnya. Semua tidak akan kekal. Bahkan, jika tidak pandai bersyukur, keduanya bisa menjadi penyakit bagi kita. Sudah banyak contohnya.

Kita juga bisa berzikir dengan ayat-ayat kauniyah. Semua makhluk yang tercipta di hamparan semesta ini adalah tanda kekuasaan Allah SWT yang tak terhingga. Jika kita sudah merasa kecil, lantas patutkah menyombongkan diri? Sebagai mualaf, konsep hidup seperti ini baru bagi saya.

Dengan kondisi itu, saya tidak pernah ragu lagi untuk menyatakan bahwa saya adalah muslim. Apalagi sejak berikrar untuk memeluk agama ini, saya menemukan banyak mukjizat yang tak bisa dinalar akal sehat manusia. Mungkin pembaca menganggapnya tendensius. Tetapi, inilah pengalaman spiritual yang saya alami.

SEJAK resmi menjadi muslim pada 1989, saya merasa seperti terlahir kembali. Seperti ada energi positif yang menyelinap dalam hati sanubari saya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News