Inflasi Juli Tembus 3,29 Persen, Terburuk Sejak 2005

Inflasi Juli Tembus 3,29 Persen, Terburuk Sejak 2005
Inflasi Juli Tembus 3,29 Persen, Terburuk Sejak 2005

jpnn.com - JAKARTA - Mimpi buruk itu akhirnya menjadi kenyataan. Kombinasi kenaikan harga BBM bersubsidi dan kacaunya suplai bahan pangan, seakan menyulut roket inflasi hingga melambung tinggi.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, inflasi sepanjang Juli lalu tercatat mencapai 3,29 persen. 'Ini month-to-month (bulanan, Red) tertinggi sejak 1999,' ujarnya, Kamis (1/8).

Namun, berdasar penelusuran data oleh Jawa Pos, Indonesia sempat mengalami beberapa kali periode inflasi tinggi sejak era krisis 1997/1998. Pada 1998, inflasi menembus angka 77,6 persen, dengan rekor inflasi bulanan tertinggi pada Juni 1998 yang mencapai 12,45 persen.

Lalu, pada 2005 Indonesia kembali mengalami inflasi tinggi hingga 17,11 persen. Ketika itu, pemerintah beberapa kali melakukan perubahan harga BBM. Puncaknya, pada Oktober 2005, Premium naik dari Rp 2.400 menjadi Rp 4.500 per liter dan Solar dari Rp 2.400 menjadi Rp 4.300 per liter. Ketika itulah, inflasi bulanan melonjak hingga 8,7 persen. Inflasi sektor transportasi bahkan mencapai 28,5 persen.

Pada Mei 2008, seiring dengan merebaknya krisis ekonomi global, pemerintah yang tak kuat menanggung beban subsidi yang terus membengkak, kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp 6.000 per liter (premium) dan Rp 5.500 per liter (Solar). Pada Juni 2008, inflasi pun langsung naik 2,46 persen. Sepanjang tahun, inflasi menembus double digit, di level 11,06 persen.

Kenapa inflasi bulanan usai kenaikan harga BBM pada Mei 2008 lebih rendah dari inflasi akibat kenaikan BBM pada Juni 2013, padahal besaran kenaikan harga BBM nya relatif tidak jauh beda" 'Karena saat ini inflasi pangan juga tinggi,' kata Suryamin.

Sebagai gambaran, usai kenaikan BBM pada Mei 2008, inflasi sektor transportasi mencapai 8,72 persen, namun inflasi pangan cukup terkendali di level 1,28 persen. Namun, pada usai kenaikan BBM pada Juni 2013, inflasi sektor transportasi 9,6 persen dan inflasi pangan pun melonjak cukup tinggi di level 5,46 persen.

Ekonom dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto mengatakan, inflasi Juli ini didorong oleh 3 faktor. Pertama, efek kenaikan harga BBM. Ke dua, efek musiman tahun ajaran baru. Ke tiga, efek musiman Puasa dan Lebaran. 'Jadi, tanpa kenaikan BBM pun, inflasi Juli akan tinggi,' ujarnya.

JAKARTA - Mimpi buruk itu akhirnya menjadi kenyataan. Kombinasi kenaikan harga BBM bersubsidi dan kacaunya suplai bahan pangan, seakan menyulut roket

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News