Harga Bawang Merah Mulai Turun

Harga Bawang Merah Mulai Turun
Harga Bawang Merah Mulai Turun

jpnn.com - TEGAL - Harga bawang merah sudah mulai mengalami penurunan pascalebaran meskipun dapat dikatakan masih relatif tinggi.

Kondisi tersebut disebabkan karena berkurangnya pasokan ke pasar dari daerah sentra produksi akibat gagal panen karena curah hujan yang masih tinggi (kemarau basah).
 
“Harga rata-rata bawang merah nasional pada tanggal 23 Agustus 2013 sebesar Rp. 59.650 per kilo atau turun 11,65 persen dibanding harga tanggal 16 Agustus 2013, harga tersebut relatif masih tinggi walaupun sudah menunjukkan penurunan,” imbuh Mendag Gita Wirjawan dalam keterangan persnya, Senin (26/8).
 
Hal yang sama juga diungkapkan Gita Wirjawan pada rangkaian kunjungannya ke beberapa tempat  di Tegal, Jawa Tengah, Minggu (25/8).

Dalam kunjungannya ke Sentra Bawang Tegal, Gitamenjelaskan  bahwa saat ini terdapat beberapa sentra produksi bawang merah yang mulai panen. "Diharapkan dengan bertambahnya pasokan bawang merah dari sentra-sentra produksi maka harga bawang merah akan berlanjut turun dan normal kembali," harapnya.
 
Mendag menambahkan bahwa kenaikan harga bawang merah menjelang Ramadan dan Lebaran tahun ini disebabkan oleh kurangnya pasokan sehingga tidak dapat mencukupi permintaan.

Untuk itu solusi jangka pendeknya adalah meningkatkan ketersediaan pasok sehingga memadai. Langkah pemerintah melakukan importasi bawang merah hanya merupakan salah satu langkah yang diambil untuk meningkatkan pasok.
 
“Namun hal yang terpenting adalah bagaimana cara meningkatkan produksi dan produktivitas bawang merah tersebut agar tidak terjadi kenaikan harga yang tinggi akibat kurangnya pasokan di dalam negeri,” tambahnya.
 
Berdasarkan pantauan Kemendag di 33 ibukota provinsi, harga bawang merah cenderung menurun berkisar antara 3,61 persen - 45,45 persen dengan penurunan tertinggi di Medan dan terendah di Surabaya.

Sementara kenaikan harga masih terjadi di Manokwari, Jayapura dan Gorontalo. Harga rata-rata bawang merah secara nasional pasca lebaran Idul Fitri 2013 mengalami penurunan per 23 Agustus 2013, kecuali di beberapa Kawasan Timur Indonesia seperti Gorontalo, Manokwari dan Jayapura.
 
Sementara itu, Kabupaten dan Kota Tegal yang merupakan sentra tanaman bawang merah terutama  di Kelurahan Krandon dan Kelurahan Kalinyamat Kulon di Kecamatan Margadana, memiliki  luas areal tanaman bawang merah sebesar 191 hektar dengan total produksi setahun kurang lebih 1.834 ton dengan dua kali musim tanam. Musim panen pertama pada bulan Agustus dan panen kedua bulan Desember, sedangkan Januari hingga Mei ditanami padi.
 
Sementara, untuk biaya produksi bawang merah saat ini dari mulai olah tanah sampai dengan panen mencapai Rp. 120 juta per hektar dengan biaya paling mahal adalah pembelian bibit dan obat-obatan atau pestisida. Jika dalam satu hektar menghasilkan 9.500 kg, maka harga pokok produksi adalah sebesar  Rp. 120.000.000 : 9.500 kg = Rp. 12.631  per kilo.
 
Selain mengunjungi sentra produksi bawang merah, dalam kunjungan kerjanya itu  Gita Wirjawan juga sempat bertandang ke pabrik teh Poci dan  Yayasan Manunggal. Setelah itu kunjungan dilanjutkan dengan menghadiri Bazar UKM Expo di alun-alun kota Tegal.
 
Dalam kunjungannya ke pabrik teh tersebut, Mendag memberikan perhatian atas semakin menurunnya harga teh di pasar dunia. Mendag mengatakan bahwa Indonesia pernah menududuki posisi ke 2 negara-negara pengekspor teh. Kini posisi tersebut melorot, sehingga Indonesia menempati posisi ke 7 dunia.
 
Terkait dengan Bazar UKM Expo, Mendag memberikan perhatian khusus terhadap daya tahan UKM dalam menghadapi krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 dan 2008.

Lebih dari itu, Mendag mengatakan bahwa UKM telah menghasilkan devisa sebesar Rp 183,8 triliun atau 20, 2 persen dari devisa Indonesia. Jumlah pelaku UKM tergolong banyak, yaitu sebesar 28,85 persen dan telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian, yaitu sebesar 28 persen PDB. (sam/jpnn)
 
 


TEGAL - Harga bawang merah sudah mulai mengalami penurunan pascalebaran meskipun dapat dikatakan masih relatif tinggi. Kondisi tersebut disebabkan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News