Dari Pulau Dewata Membangun Citra Indonesia

Oleh: Zaenal A Budiyono*

Dari Pulau Dewata Membangun Citra Indonesia
Photo session para leaders APEC 2013 di Nusa Dua, Bali. Foto: apec2013.or.id

jpnn.com - SUKSES Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) 2013 di Nusa Dua, Bali, tidak hanya diukur dari sejumlah kesepakatan yang dihasilkan oleh para leaders guna mendorong makin terbukanya ekonomi negara-negara anggota. Keberhasilan gelaran APEC kali ini juga ditentukan sejauh mana kualitas penyelenggaraan oleh tuan rumah.

Saat APEC Summit 2012 di Russky Island, Vladivostok, Rusia, tahun lalu, negara yang makin kuat ekonominya pasca-keruntuhan komunisme Uni Soviet ini seakan ingin menunjukkan kembalinya “Tsar Rusia” ke kancah politik dunia. Sepanjang jalan menuju Far Eastern Federal University (FEFU), Russky Island -yang menjadi lokasi summit- delegasi negara-negara APEC disuguhi kehebatan infrastruktur Rusia. Mulai dari jalan bebas hambatan puluhan kilometer yang baru dibangun, jembatan penghubung nan megah dari daratan Rusia ke Pulau Russky, hingga kompleks FEFU nan megah.

Sekadar catatan, Russky Island adalah kawasan pinggiran Rusia, bukan di Moskow atau St Petersburg. Seolah Presiden Rusia, Vladimir Putin, ingin mengatakan kepada para mitranya di APEC -dan dunia tentunya- bahwa Rusia telah kembali.

Bagaimana dengan APEC 2013 Indonesia yang dihelat di Pulau Bali? Indonesia yang di dunia internasional dikenal sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi setelah Tiongkok, (6,2 persen di 2012) tampaknya juga ingin memperkuat posisinya baik di kawasan maupun global. Bali pun dipilih sebagai tempat KTT APEC karena pulau ini tidak perlu marketing lagi. Dunia internasional telah mengenalnya.

Namun, harus ada “kejutan” atau sesuatu yang baru agar para delegasi dari 21 negara APEC pulang dengan memori indah dan kekaguman, sehingga image Indonesia makin baik di mata dunia. Maka begitu mendarat di Ngurah Rai Airport, mata para leaders dan delegasi akan langsung disuguhi infrastruktur jalan tol Mandara yang “mengambang” di atas laut, mengular dari Ngurah Rai  sampai Nusa Dua. Dengan panjang sekitar 12,7 kilometer, tol yang menghubungkan Pelabuhan Benoa, Ngurah Rai dan Nusa Dua ini menjadi ikon baru Bali dan Indonesia.

Tak cukup di situ. Lokasi puncak pertemuan para leaders di kompleks Nusa Dua merupakan kejuatan berikutnya. Di sana hadir hotel baru nan mewah, Sofitel Luxury Hotel, yang dibangun dengan biaya Rp 1 triliun hanya dalam waktu 1,5 tahun!

Pengembangnya tak lain Trihatma K Haliman, bos besar Agung Podomoro Land Tbk, yang dikenal raja properti dalam beberapa tahun terakhir ini. Ibarat kisah Bandung Bondowoso yang membangun Candi Prambanan hanya dalam waktu semalam, Haliman ingin menunjukkan bahwa Bangsa Indonesia bisa membuat karya-karya besar yang bisa dibanggakan. Ia mengaku mendapat mandat langsung dari Presiden SBY untuk membuat venue retreat APEC yang menghadap ke laut.

Dengan hembusan angin dan iringan deru ombak nan merdu, diharapkan lokasi pertemuan membawa energi positif untuk para leaders, sehingga dapat menghasilkan sejumlah kesepakatan untuk masa depan APEC. Dan sepertinya harapan Presiden SBY untuk menghadirkan kejutan bagi para leaders itu menjadi kenyataan. Lokasi retreat di Sofitel Luxury Hotel tampak megah dengan sentuhan aksen khas Bali.

SUKSES Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) 2013 di Nusa Dua, Bali, tidak hanya diukur dari sejumlah kesepakatan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News