Indonesia Tetap Favorit Investor
jpnn.com - JAKARTA - Pengakhiran 66 perjanjian investasi antara dua negara atau Bilateral Investment Treaty (BIT) oleh Indonesia, dinilai tidak akan mengurangi kemilau Indonesia di mata investor.
Ekonom Senior yang juga Deputy Country Director Asian Development Bank (ADB) di Indonesia Edimon Ginting mengatakan, setiap negara memang punya hak untuk me-review atau mengkaji ulang investment treaty yang ditandatangani bertahun-tahun lalu.
"Isu ini (pengakhiran BIT, Red) saya kira tidak akan terlalu berpengaruh, Indonesia masih tetap jadi favorit investor," ujarnya dalam paparan Asian Development Outlook 2014 kemarin (1/4).
Sebagaimana diketahui, keputusan Indonesia mengakhiri 66 Bilateral Investment Treaty memicu beragam reaksi. Di media internasional, beberapa pengamat menyebut jika pengakhiran perjanjian investasi tersebut merupakan langkah mundur bagi Indonesia. Sebab, bakal memperburuk iklim investasi karena tidak adanya kepastian usaha.
Namun, Edimon tidak sepakat dengan pandangan tersebut. Menurut dia, iklim investasi di suatu negara lebih banyak dipengaruhi oleh aturan yang terkait langsung dengan investasi, misalnya daftar negatif investasi (DNI) maupun perizinan investasi, baik di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan di pemerintah daerah.
"DNI dan simplifikasi perizinan itu yang utama (bagi investor). Kalau dua itu diperbaiki, iklim investasi pasti membaik," katanya.
Edimon menyebut, setidaknya ada empat alasan yang membuat Indonesia akan tetap seksi di mata investor. Pertama, ekonomi yang tumbuh tinggi di kisaran 5 - 6 persen. Di antara negara dengan ekonomi besar anggota kelompok G-20, Indonesia menjadi runner up negara dengan pertumbuhan tertinggi, hanya kalah dari Tiongkok. India yang sebelumnya selalu menempel Tiongkok, sudah disalip Indonesia sejak 2012 lalu. "Ekonomi tumbuh, maka peluang investasi juga tumbuh," ucapnya.
Faktor kedua, Indonesia menjadi favorit utama investor Jepang. Desember 2013 lalu, Japan Bank for International Cooperation (JBIC) melakukan survei rutin pada 500 perusahaan Jepang yang berskala multinasional. Hasilnya, Indonesia yang pada 2012 ada di peringkat ke-3, pada 2013 lalu melesat ke posisi pertama, menggeser Tingkok dan India.
JAKARTA - Pengakhiran 66 perjanjian investasi antara dua negara atau Bilateral Investment Treaty (BIT) oleh Indonesia, dinilai tidak akan mengurangi
- Harga Gula Pasir Makin Tinggi, Barang Menghilang
- Penuhi Kebutuhan Gula Masyarakat, PT SGN Segera Giling Tebu Petani
- PIS Sukses Tekan Emisi Karbon 25,4 Ribu Ton Setara CO2
- Pupuk Indonesia Bersama BUMN Brunei Darussalam Dukung Ketahanan Pangan Regional ASEAN
- Bea Cukai Tanjung Priok Layani Ratusan Importir dan Eksportir Berstatus Mitra Utama
- Rasio Kredit Berisiko LB Bank Turun di Bawah 35 Persen, Ini Penyebabnya