Hampir Semua Memuji, Sebagian Nangis

Hampir Semua Memuji, Sebagian Nangis
Dahlan Iskan dan Aji Santosa. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - AIRMATA tak berhenti mengalir dari wajah Ayunda Pratiwi. Sesekali, dengan tisu yang digenggam di tangan kanannya, anggota DahlanIs (komunitas Pengagum Dahlan Iskan) asal Banjarmasin itu menyeka bulir yang jatuh di pipinya.

Tangisnya makin menjadi-jadi, kala melihat Ossa Aji Santosa, pemeran Dahlan kecil menembangkan lagu untuk menemani adiknya tidur.
          
Wes cep menengo adekku.. Kae bulane ndadari.. Koyo buto nggegilani.. Lagi nggoleki cah nangis. (Sudah diamlah adekku.. Itu bulannya bulat besar.. Seperti raksasa yang menakutkan.. Sedang mencari anak yang menangis).

Secara bahasa dia tak mengerti, namun adanya teks penerjemah, suara polos Ossa, plus plot cerita yang baru saja menggambarkan meninggalnya sosok ibu Iskan (ibunda dari Dahlan), membuatnya tak kuasa menahan haru.

”Saya bisa merasakan sekali penderitaannya. Usia masih kecil harus ditinggal ibu dan merawat adik yang lebih kecil pula,” katanya terisak.
          
Ayunda merupakan satu dari sebagian besar penonton film Sepatu Dahlan yang meneteskan air mata melihat gala premiere film, yang jalan ceritanya terinspirasi dari perjalanan hidup Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Ya, bertempat di XXI Tunjungan Plaza, kemarin (5/4) pagi, (benar-benar masih pagi, karena jam operasional mal belum dimulai), sekitar 700-an orang menghadiri acara nonton film bersama Sepatu Dahlan.
          
Turut hadir dalam acara tersebut, sumber cerita yang tak lain adalah Dahlan Iskan sendiri. Ditemani istri, anak, menantu, serta cucu-cucunya, mantan CEO PLN itu terlihat membaur bersama masyarakat yang sudah menantinya.
          
Sebelum kegiatan nonton dimulai, pria yang memiliki slogan Kerja. Kerja. Kerja itu terlebih dahulu menjalani sesi meet & greet bersama pemain, sutradara, dan pendukung film.

”Saya sudah menonton banyak film yang diangkat dari novel. Kebanyakan kurang maksimal, karena bisa jadi filmnya tak sesuai atau lebih jelek dari novel. Atau sebaliknya. Tapi, apa yang dilakukan teman-teman di sini, di bawah komando Benny Setiawan sebagai sutradara sungguh luar biasa. Filmnya bagus, sebagus novelnya juga,” puji Dahlan yang kemarin menggunakan kemeja putih berbalut sweter biru.
          
Dalam kesempatan itu, Dahlan yang juga Capres Konvensi Partai Demokrat tersebut memuji akting dari para pemain. Kinaryosih, yang berperan sebagai ibunya dirasa 100 persen sangat persis.

”Karena ibu saya juga sangat lembut. Fisiknya memang sedikit lemah, tapi tekadnya luar biasa,” katanya.
          
Pun begitu dengan lakon Putri Ageng Nurning dan Sarono Gayuh yang masing-masing memerankan kawan masa kecil Dahlan, Kadir dan Komariah, yang ternyata merupakan anak asli dari kawasan pinggir Caruban, Madiun.  

”Akting kamu hebat sekali, Nak. Saya nggak menyangka, mereka ini anak-anak dari Madiun. Luar biasa,” kata Dahlan lantas mencium kening Sarono.
          
Pujian hampir mengalir dari semua orang usai menonton film yang memang direkomendasikan untuk seluruh keluarga di Indonesia tersebut. Umumnya mereka sepakat, bahwa makna yang ingin disampaikan dalam film itu sangat menyentuh hati dan memberikan pengaruh positif.
          
”Orang boleh miskin, tetapi tidak boleh kehilangan cita-cita. Dan, Pak Dahlan mampu membuktikan itu. Meskipun miskin, tapi dengan kemauan dan kerja kerasnya sekarang beliau mampu menghidupkan banyak orang lewat bisnis yang dia rintis dan policy-nya di pemerintahan. Pak Dahlan orang hebat,” puji Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf yang kemarin ikut hadir.
          
Tidak hanya dari Surabaya saja, masyarakat yang hadir untuk menonton film yang akan ditayangkan perdana secara umum di tanggal 10 April nanti, juga datang dari berbagai kota. Seperti Jember, Malang, Madiun, sampai Padang.

AIRMATA tak berhenti mengalir dari wajah Ayunda Pratiwi. Sesekali, dengan tisu yang digenggam di tangan kanannya, anggota DahlanIs (komunitas Pengagum

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News