Meniru Success Story Korsel

Meniru Success Story Korsel
Meniru Success Story Korsel

jpnn.com - Ketertarikan Marzan Aziz Iskandar pada teknologi tumbuh sejak kecil. Di kampung halamannya di Pagaralam, Sumatera Selatan, sebenarnya teknologi sama sekali belum populer. Masyarakat setempat belum melek teknologi. Sumber penghasilan utama mereka adalah dari perkebunan.

HANYA kebetulan keluarga Marzan memiliki mesin pemecah dan penggiling kopi. Dengan mesin itu, biji kopi dihancurkan dan diolah menjadi bubuk kopi. Marzan kecil sangat tertarik dengan cara kerja mesin tersebut. Semakin tumbuh dewasa, dia memahami bahwa teknologi memegang peran penting memudahkan beban kerja manusia. Bahkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Anak yang lahir di kota kecil Sumatera ini akhirnya membulatkan tekad menyeberang ke Pulau Jawa untuk menimba ilmu. Dia kuliah di Fakultas Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah lulus kuliah pada 1985, Marzan mendaftar di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Karirnya cemerlang.

Pria kelahiran 18 Mei 1958 ini pernah menjabat sebagai kepala Biro Perencanaan, sekretaris utama, dan deputi kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material. Sejak 2008, dia menjabat sebagai kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggantikan Said Djauharsjah Jenie yang meninggal dunia karena sakit. Marzan mengatakan, Indonesia ini memiliki kekayaan alam yang melimpah, tetapi masyarakatnya belum sejahtera. Indonesia belum bisa disejajarkan dengan negara maju.

Sebab, penguasaan teknologi belum memadai. ”Padahal ilmu pengetahun dan teknologi dapat mengubah negara berkembang jadi negara maju, dengan mengandalkan kekuatan ekonomi yang bertumpu pada inovasi,” ujar Marzan dalam sebuah diskusi di Widya Chandra, Jakarta, beberapa waktu lalu. Dia mencontohkan, Indonesia merupakan penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, dengan produksi 545.000 ton per tahun. Penghasil nikel terbesar ketiga dunia yaitu 229.000 ton.

Penghasil bauksit tebesar keempat dunia dan memiliki cadangan bauksit terbesar ketujuh di dunia. Dan banyak lagi sumber daya alam lainnya. Kakao dapat diolah menjadi batangan cokelat. Tapi sayangnya Indonesia hingga saat ini masih banyak impor cokelat dari luar negeri. Padahal, sumbernya ada di dalam negeri sendiri. Bauksit dapat diolah menjadi alumunium, dan bauksit diolah menjadi stainless steel. Produk-produk ini sangat dibutuhkan industri, tapi masih banyak dipasok dari luar negeri.

Karena bahan baku yang digali dari Indonesia lebih sering diekspor dalam bentuk mentah, tidak diolah dulu di dalam negeri. ”Pengolahan sumber daya alam kita itu membutuhkan teknologi. Di sinilah pentingnya penguasaan teknologi,” jelasnya. Dia mengingatkan, Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan kekayaan alam yang dimiliki untuk mendorong perekonomian. Bangsa ini harus mulai menjadikan teknologi dan inovasi sebagai tumpuan kekuatan ekonomi nasional.

Kalau tidak, negeri ini akan terperangkap dalam jebakan kelas menengah (middle income trap). Tanda-tanda bahwa Indonesia bisa masuk jebakan sebagai negera berpenghasilan menengah, tidak naik-naik menjadi negara berpenghasilan tinggi, sudah terlihat. Bila diklasifi kasi, negera berpenghasilan rendah itu kalau pendapatan per kapitanya di bawah USD 2.000. Negara berpenghasilan menengah bawah pendapatan per kapitanya USD 2.000-USD 7.250. Kategori berpenghasilan menengah dari adalah USD 7.250-USD 11.750. Dan yang berpenghasilan tinggi adalah pendapatan per kapita di atas USD 11.750. Sejak 1990, Indonesia tidak pernah naik kelas sebagai negara berpenghasilan menengah bawah.

Pada 1990, pendapatan per kapita sebesar USD 2.000. Kemudian 2013, pendapatan per kapita baru mencapai USD 5.170. Padahal, lanjutnya, Korea Selatan hanya butuh waktu 10 tahun keluar dari kelompok berpendapatan menengah, dan masuk ke berpendapatan tinggi 5 tahun kemudian. Artinya waktu yang dibutuhkan Korea Selatan untuk sejajar dengan negera-negara maju hanya 15 tahun. Kunci success story Korea Selatan (Korsel) ini adalah penguasaan teknologi. Negara itu tidak mengandalkan sumber daya alam untuk mendorong kemajuan ekonominya, tetapi dengan penguasaan teknologi dan inovasi. Kisah sukses itu harus ditiru oleh Indonesia. (hendriyanto)


Ketertarikan Marzan Aziz Iskandar pada teknologi tumbuh sejak kecil. Di kampung halamannya di Pagaralam, Sumatera Selatan, sebenarnya teknologi sama


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News