SBY Tantang KPU Gelar Debat Capres

SBY Tantang KPU Gelar Debat Capres
Susilo Bambang Yudhoyono. Foto: dok.JPNN

JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meyakini debat calon presiden (capres) merupakan instrumen penting yang perlu dilakukan saat ini. Menuju perhelatan pemilihan presiden (pilpres) 9 Juni nanti, presiden berharap komunikasi antara rakyat dan calon pemimpinnya lima tahun mendatang bisa terjalin dengan kegiatan debat tersebut.
    
"Pemilu legislatif telah usai, kini saatnya para capres sampaikan visi, solusi, dan kebijakan yang ditawarkan. Saatnya pula rakyat mendengar," kata Presiden SBY dalam akun resminya di twitter kemarin (17/4).
    
Menurut dia, ramai-ramai soal lobi-lobi politik membangun koalisi dan mencari calon wapres yang lebih mendominasi wacana publik belakangan tetap sesuatu yang penting. Namun, dia mengingatkan kalau ada hal yang lebih penting untuk pula tidak ditinggalkan. "Para capres jangan tinggalkan rakyat, berkomunikasilah," ingatnya.  
    
Karena itu, meski tidak menyebut langsung institusi yang dimaksud, SBY mengungkapkan harapannya agar lembaga yang netral dan independen untuk bisa memprakarsai kegiatan tersebut.

"Mulailah undang capres untuk diskusi dan debat, rakyat ingin tahu apa yang akan dilakukan presidennya kelak," lanjut presiden.
    
Di antara lembaga yang ada, Komisi Pemilihan Umum (KPU) relatif merupakan lembaga paling kompeten terkait pelaksanaan debat capres. Selain merupakan institusi yang memiliki posisi netral dan independen, KPU juga memang merupakan lembaga yang mengurusi kepemiluan di Indonesia.
    
"Ingat, rakyat akan memilih presiden, pemimpin bangsa, mestinya yang lebih berperan bukan partai politik, bintangnya adalah para capres," tandas SBY kembali.
    
Debat capres merupakan salah satu mekanisme yang disediakan demokrasi dalam tahapan memilih pemimpin terbaik. "Demokrasi akan makin matang jika rakyat (juga) memilih calon presidennya secara rasional, bukan emosional, apalagi hanya ikut-ikutan," ucap presiden.
    
Saat ini, setidaknya sudah ada tiga bakal capres dari tiga poros koalisi utama. Ketiganya kebetulan dimotori tiga partai teratas sesuai hasil hitung cepat sejumlah lembaga dalam pemilu legislatif 9 April lalu. Mereka adalah Joko Widodo (PDIP), Aburizal Bakrie (Partai Golkar), dan Prabowo Subianto (Partai Gerindra).
    
Di luar ketiganya, belakangan dorongan munculnya poros koalisi keempat yang dimotori Partai Demokrat juga menguat. Meski hingga saat ini, partai yang dikomandani SBY itu belum memastikan capres yang akan diusung, namun Demokrat telah memiliki mekanisme penjaringan capres lewat konvensi yang segera berakhir dalam waktu dekat.

Debat capres konvensi terakhir rencana akan dilakukan di Jakarta pada 26 April mendatang. Selanjutnya, lewat mekanisme survei akan ditentukan pemenang konvensi. Sejauh ini, Dahlan Iskan merupakan peserta dengan elektabilitas tertinggi dibanding 10 peserta lainnya.       
    
Salah satu peserta konvensi Endriartono Sutarto menyambut baik munculnya wacana Demokrat muncul sebagai kekuatan poros koalisi tersendiri. Menurut dia, fakta politik terkini sangat membuka hal tersebut.
       
Menurut mantan panglima TNI itu, perolehan suara partai-partai di pileg relatif tidak jauh berbeda. Fakta berdasar hasil quick count, kemungkinan besar tidak ada satupun partai yang bisa mengusung calon presidennya sendirian.

"Artinya karena tidak adanya partai yang bisa mengusung sendiri, maka bisa saja PD memimpin koalisi dengan mengusung capres pemenang konvensi untuk ditawarkan kepada partner koalisi," kata Endriartono.
       
Dia yakin para peserta konvensi bisa menarik minat partai lain untuk ikut bergabung. Dia juga yakin pemenang konvensi akan mampu bersaing dengan para calon presiden yang ada. Oleh karena itu, dia menyarankan, agar Demokrat tetap berupaya menjadi nomer satu.

"Suara 10 persen itu bukan suara kecil.Yang lain juga butuh partner koalisi, kalau kita mampu menjadi nomer satu kenapa harus menjadi nomer dua?" tantangnya.
       
Terkait partner koalisi, dia menilai, Demokrat tetap bisa menawarkan kembali partner-partner koalisi yang selama ini telah bekerja sama dengan PD untuk kembali bersama-sama.

"Jika terpilih satu orang pemenang (konvensi), maka itu ditawarkan kepada partner koalisi dan kami yang 10 orang peserta konvensi lainnya tentu akan mendukung siapapun yang menang nanti.Yang terpilih tentunya harus bisa bersaing dengan para calon presiden lainnya," paparnya.
       
Menyoal konvensi, Ketua Harian PD Syarief Hasan menekankan bahwa partainya masih menunggu hasil konvensi. Namun, dia menuturkan ada kemungkinkan menyandingkan pihak luar dengan pemenang konvensi. Menurut rencana hasil konvensi akan diumumkan pada 27 April mendatang.
       
"Kita lihat dulu hasilnya bagaimana, jadi hasil konvensi kita akan sandingkan juga dengan kandidat capres yang ada," jelasnya di Kompleks Istana Kepresidenan, kemarin.
       
Ketika ditanya wacana poros baru Demokrat, Syarief juga enggan memberikan jawaban pasti. Dia mengungkapkan semua kemungkinan masih terbuka dan pihaknya masih menungg hasil konvensi. "Kita punya pandangan sendiri, nanti setelah konvensi," ujarnya.
       
Syarief juga belum bersedia buka suara terkait rencana SBY bertemu Prabowo. Dia hanya menuturkan, Demokrat sudah melakukan komunikasi dengan beberapa partai. "Kalau komunikasi semua. Komunikasi itu biasanya dua arah. Tapi belum ada utusan resmi, tetap komunikasi sesama politisi kita lakukan," katanya.
       
Sementara itu, terkait hasil pileg yang mengecewakan, Syarief membantah jika SBY sebagai Ketum memberikan teguran kepada para kadernya di Demokrat, melalui pesan singkat. Menurut Menteri UKM dan Koperasi itu, SBY hanya mengirimkan pesan singkat berisi arahan.
       
"Bukan teguran, tapi arahan.  Memang komunikasi seluruh kader salah satunuya dengan SMS. Arahnya pertama hasil ini kurang menggembirakan, tetap kita bersyukur kita dapat 10 persen. Dua, kita bersyukur pemilui ini sudah dilaksanakan secara jujur, demokratis dan aman," imbuhnya. (ken/dyn)


Berita Selanjutnya:
Internal PPP Makin Retak

JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meyakini debat calon presiden (capres) merupakan instrumen penting yang perlu dilakukan saat ini. Menuju


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News