Beringin Selalu Main Dua Kaki

Beringin Selalu Main Dua Kaki
Beringin Selalu Main Dua Kaki

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) telah mempersilakan kadernya yang lain yang ingin jadi calon wakil presiden (cawapres) berpasangan dengan capres dari partai lain.  

Pernyataan ARB itu, menurut politik UI Ari Junaedi, bukanlah bentuk untuk mendamaikan polemik di tubuh Golkar atas pencapresan ARB. Pernyataan itu sengaja disetting untuk menjalankan politik dua kaki.
    
Menurut Ari, Golkar dengan segala kepiawaiannya di panggung politik di tanah air, tentu baiknya menyiapkan segala alternatif politik di tengah himpitan nama kuat Jokowi dari PDIP dan Prabowo dari Gerindra.
    
"Politik dua kaki yang dijalankan Golkar dengan tetap mengusung nama ARB sebagai capres namun di sisi lain mulai menyiapkan beberapa nama cawapres untuk dipasangkan dengan capres partai lain, tentu bisa dianggap sebagai jurus ampuh Golkar mengatasi kebuntuan politik," tutur Ari kepada INDOPOS, kemarin (20/4).
    
Menurut pengajar Program Pascasarjana di UI dan Undip Semarang ini, ibarat semut di tengah perang gajah (Jokowi dan Prabowo), semua jurus baiknya disiapkan oleh partai beringin ini.

"Cara ini perlu ditempuh karena Golkar tidak punya pengalaman menjadi oposisi dan selalu nyaman berada di rezim yang berkuasa,"tandasnya.
    
Hal senada juga diungkapkan oleh peneliti senior Indonesia Publik Institute (IPI) Karyono Wibowo. Menurutnya, selaku partai tua, Golkar dinilai sangat berpengalaman dalam memainkan politik tanah air. Bahkan, di tengah hasil yang tidak memuaskan di Pileg 2014, Golkar memang harus mencari cara yang aman untuk bisa tetap masuk di pemerintahan yang baru.
    
"Sejak sistem pemilihan presiden dipilih secara langsung, pada tahun 2004 dan 2009, calon presiden dari Partai Golkar selalu kalah tapi selalu untung. Pasalnya, Partai Golkar tetap mendapat jatah kekuasaan di pemerintahan meskipun kalah di pilpres," katanya.
    
Hal itu bisa terjadi karena Golkar tanpa rasa malu membuat deal politik dengan dengan pemenang pilpres. Celakanya, pemenang pilpres pun biasanya tak punya nyali untuk menolak hasrat dan syahwat politik Golkar. Bahkan Golkar kerap memainkan peranan baik di pemerintahan maupun dinamika politik di parlemen.
    
"Ini semua terjadi karena kekuatan Golkar memang masih kuat dalam realitas politik di negeri ini," tuturnya.
    
Karenanya, kata Karyono, dalam sejarah politik Indonesia, tak jarang Partai Golkar kerap menjadi bandul politik yang menjadi penentu lahirnya kebijakan.  "Itulah hebatnya Partai Golkar dalam menyusun strategi pertarungan politik dalam perebutan kekuasaan," ucapnya.
    
Anehnya, politik dua kaki ini pun ternyata dibenarkan oleh politisi Golkar Bambang Soesatyo. Kepada Indopos, dengan lugas, pria yang akrab disapa Bamsoet ini menerangkan bahwa cara-cara tersebut  sangat wajar. "Saya kira wajar saja. Dalam dunia politik, bukan kami saja yang memainkan politik dua kaki," terangnya.
    
Di waktu sebelumnya, Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Partai Golkar Akbar Tandjung juga menyerukan kepada seluruh kader potensial untuk menjadi cawapres dari partai lain.
    
"Kepada kader partai yang berpotensi menduduki jabatan strategis di Indonesia, khususnya sebagai wakil presiden, kiranya diberi kesempatan turut serta dalam pencalonan tersebut," ujarnya.
    
Menurut Akbar, DPP Partai Golkar harus mengapresiasi dengan banyaknya kader yang didekati partai lain.  Artinya, Golkar sebagai partai besar mampu melahirkan kader-kader terbaiknya sehingga mereka dipinang oleh partai lain untuk mendampingi calon presidennya.
    
"Bilamana ada tokoh Golkar betul-betul diajak berpasangan dengan pimpinan partai lain, itu  hendaknya dilihat sebagai apresiasi dan penerimaan tokoh yang sudah dibesarkan Partai Golkar. Kami menyarankan DPP agar mempersilakan tokoh tersebut diajak sebagai tokoh lain dalam posisi wapres," tegasnya. (dil)


JAKARTA - Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) telah mempersilakan kadernya yang lain yang ingin jadi calon wakil presiden (cawapres) berpasangan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News