Antara Quick Count dan Konflik Kepentingan

Antara Quick Count dan Konflik Kepentingan
Hamdi Muluk, saat memberikan keterangan pers terkait polemik quick count. Foto: M Fathra Nazrul Islam/JPNN.com

jpnn.com - HASIL hitung cepat (quick count) pemilu presiden (pilpres) 2014 yang berbeda-beda membuat masyarakat bingung. Perhimpunan Survei dan Opini Publik (Persepi) yang menaungi lembaga-lembaga survei pun bertindak.

Jaringan Suara Indonesia (JSI) dan Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) yang hasil hitung cepatnya memenangkan pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, dipecat dari keanggotaan di Persepi. Keduanya dipecat karena menolak diaudit.

Karena menolak diaudit, kredibilitas kedua lembaga survei tersebut menjadi tanda tanya. Namun, bagi anggota Dewan Etik Persepi Hamdi Muluk, keengganan diaudit tersebut menunjukkan ada yang salah dalam hitung cepat JSI dan Puskaptis.

"Tapi yang jelas dia nggak berani buka-bukaan, orang jadi tambah curiga jangan-jangan hasil anda yang nggak benar, itu logika paling simpel," kata Hamdi saat ditemui di Jakarta.

Belajar dari kasus ini, Persepi berjanji untuk memperketat pengawasan terhadap kredibilitas lembaga survei. Hamdi menegaskan, organisasinya tak ingin anggotanya dicap sebagai lembaga survei abal-abal.

Berikut wawancara lengkap dengan Hamdi Muluk usai konfrensi pers hasil audit di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Rabu (16/7) malam :

Kini muncul fenomena lembaga survei abal-abal, menurut Anda apa penyebab di balik fenomena tersebut?

Salah kalian (media) juga. Ketahuan itu survei abal-abal, sudah nggak usah diberitakan. Apalagi sudah ada track record buruk.

HASIL hitung cepat (quick count) pemilu presiden (pilpres) 2014 yang berbeda-beda membuat masyarakat bingung. Perhimpunan Survei dan Opini Publik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News