Awas, Parsel Kedaluwarsa Beredar

Awas, Parsel Kedaluwarsa Beredar
SIDAK: Kepala Balai Besar POM DKI Dewi Prawitasari memeriksa parsel Lebaran di kawasan Cikini, Rabu (23/7). Foto: Haritsah Almudatsir/Jawa Pos

jpnn.com - CIKINI - Peredaran makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya semakin sulit dikendalikan. Bahkan, makanan tidak laik konsumsi tersebut kini makin mudah didapatkan. Apalagi sebagian warga juga belum mengetahui betul ciri makanan yang berbahaya itu.

Hal itu disampaikan Iwan, 38, salah seorang warga Cikini, yang Rabu (23/7) menyaksikan langsung inspeksi mendadak (sidak) petugas Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Pasar Kembang, Cikini, Jakarat Pusat. Meski melihat petugas menyidak makanan, dia tidak tahu jenis-jenis bahan berbahaya yang dimaksud.

’’Kami enggak tahu mana yang berbahaya. Petugas enggak langsung bilang kepada warga,’’ ujarnya.

Meski demikian, dia mengungkapkan bahwa sidak tersebut penting agar pedagang tidak seenaknya mencampur jualannya dengan bahan berbahaya.

Kemarin petugas BPOM menyisir satu persatu pedagang parsel di Pasar Kembang, Cikini. Petugas juga membawa sebuah mobil laboratorium keliling. Petugas lantas meneliti kandungan bahan kimia berbahaya yang ada di dalam parsel. Hasilnya, ditemukan banyak makanan yang membahayakan kesehatan.

’’Kami temukan siomay yang mengandung formalin. Kerupuk rambak juga mengandung boraks,’’ kata Eyi Citraprianti, salah seorang petugas BPOM.

Dia menjelaskan, boraks adalah bahan pengawet yang biasa dipakai di kalangan industri. Secara fisik, kandungan pengawet itu memang tidak tampak dari luar. ’’Namun, kalau dimakan, rasanya getir dan membuat tenggorokan gatal,’’ tuturnya.

Pihaknya juga menemukan makanan kemasan dalam bingkisan parsel yang tidak memiliki izin edar. Ada juga sebagian parsel yang melewati masa kedaluwarsa. Misalnya, produk sereal dan bingkisan berisi permen yang tak tercantum merek resmi, produsen, izin edar, dan tanggal kedaluwarsanya.

CIKINI - Peredaran makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya semakin sulit dikendalikan. Bahkan, makanan tidak laik konsumsi tersebut kini makin

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News