Menjadi Orang Kuat dan Sanggup Memaafkan

Menjadi Orang Kuat dan Sanggup Memaafkan
AS.Laksana

LEBARAN tiba lagi dan kita kembali saling menyampaikan kata maaf, sesuatu yang rutin setahun sekali. Sebagian orang bisa makan enak dan tersenyum riang seolah-olah dunia baru saja diciptakan, sebagian yang lain tak bisa merayakan Lebaran secara ’’layak”.
--------------------
A.S. Laksana
--------------------
Dalam urusan maaf-memaafkan, paling simpel orang akan mengirimkan pesan singkat: ’’Kosong kosong, ya.’’ Dan pesan itu akan dibalas: ’’Ya, saya juga kosong-kosong.’’

Sungguh menyenangkan jika maaf-memaafkan adalah urusan yang sesederhana ’’kosong-kosong’’ itu. Masalahnya, sering kita sulit meredam kemarahan dan, Anda tahu, tidak mudah memberikan kata maaf saat dada kita disesaki oleh amarah.

Kita akan menjadi seperti gadis kecil yang tidak tahu apa yang harus dilakukan selain marah saat melihat tindakan anak-anak lelaki sebayanya merusak apa yang dia sukai.

Dia, gadis kecil itu, sedang duduk-duduk di kebun, menikmati bunga-bunga mekar, dan bercakap-cakap dengan lelaki tua penjaga kebun tersebut. Beberapa anak lelaki tiba-tiba merangsek ke kebun mengejar layang-layang putus.

Mata mereka tidak bisa melihat apa pun selain layang-layang yang sedang mereka perebutkan, kaki-kaki mereka menerjang dan menginjak-injak beberapa tanaman bunga di kebun itu.

Penjaga kebun memandangi tanamannya yang rusak. Gadis kecil memandangi berganti-ganti wajah orang tua itu dan tanaman yang rusak.

’’Aku benci anak-anak itu,’’ katanya.

Si orang tua tampak menegang sejenak, kemudian kembali tenang.

LEBARAN tiba lagi dan kita kembali saling menyampaikan kata maaf, sesuatu yang rutin setahun sekali. Sebagian orang bisa makan enak dan tersenyum

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News