Perangi Ebola, Siapkan USD 100 Juta

Perangi Ebola, Siapkan USD 100 Juta
Perangi Ebola, Siapkan USD 100 Juta

jpnn.com - CONAKRY - Sekali lagi, wabah ebola menyerang Afrika Barat. Sejauh ini virus mematikan itu telah merenggut sedikitnya 730 nyawa di Benua Hitam tersebut. Kemarin (1/8) para pemimpin Afrika dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sepakat menyiapkan USD 100 juta (sekitar Rp 1,17 triliun) untuk memerangi epidemi itu.

Sejak kali pertama merebak di Guyana pada Februari, virus yang sangat mudah menular antarmanusia tersebut sudah menjangkiti sedikitnya 1.300 orang. Selain menginfeksi penduduk Guyana, ebola menyerang warga Sierra Leone, Liberia, dan Nigeria. Wabah mematikan itu membuat Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Prancis melarang warganya bepergian ke Afrika Barat.
 
"Ini seperti mengatasi kebakaran hutan. Jika Anda meninggalkan satu titik api saja, satu kasus saja, satu kasus tersebut akan memicu epidemi baru," ungkap Tom Frieden, pemimpin badan kesehatan umum AS. Karena itu, Washington melarang para penduduknya bepergian ke tiga negara Afrika Barat yang sedang terjangkit ebola. Yakni, Guyana, Sierra Leone, dan Liberia. 
 
Setelah Guyana, kasus ebola menjalar ke Nigeria. Tetapi, hanya satu kasus yang ditemukan di negara tersebut. Itu pun sang penderita lantas meninggal. Jadi, untuk sementara, AS tidak memasukkan Nigeria ke dalam daftar negara yang tidak boleh dikunjungi warganya. Namun, mereka yang hendak berkunjung ke Nigeria tetap harus waspada dan benar-benar menjaga kesehatan. 

Kemarin perwakilan pemerintah Guyana, Sierra Leone, dan Liberia berkumpul di Kota Conakry, ibu kota Guyana. Dalam pertemuan yang dihadiri perwakilan WHO tersebut, mereka membahas penyebaran virus dan cara menghentikan ebola. "Kami akan membentuk tim khusus dari paramedis dan para pakar kesehatan untuk memerangi ebola di tiga negara," jelas WHO.
  
Selain menghentikan penyebaran ebola dan merawat para pasien yang mengidap virus berbahaya itu, WHO dan tim paramedis tersebut akan membantu mengupayakan pencegahan. "Tim kami akan membantu pemerintah setempat mencegah dan mendeteksi kasus ebola. Kami harap pemerintah setempat juga bersedia meningkatkan pengawasan di perbatasan," lanjut WHO.
  
Layaknya virus flu, ebola bisa menular dengan sangat cepat dan tidak terdeteksi. Virus mematikan itu juga jarang memunculkan gejala yang ekstrem. Pasien biasanya hanya demam, sakit kepala, dan pegal-pegal. Tetapi, pada kasus yang parah, pasien akan mengalami perdarahan. Hingga saat ini belum ada vaksin yang cukup ampuh untuk menghentikan penyebaran ebola. 

Dari Conakry, WHO berpesan kepada seluruh penduduk dunia agar waspada. Sebab, ebola bisa menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru bumi melalui transportasi udara. Karena itu, wajar jika negara-negara Eropa dan AS melipatgandakan pengawasan di bandara untuk mencegah masuknya ebola. Petugas bandara juga akan memperketat pemeriksaan terhadap penumpang yang datang dari Afrika. 

Selain Guyana, Sierra Leone, dan Liberia, negara-negara Afrika lain pun mulai berjaga-jaga menghadapi virus tersebut. Bahkan, Kenya, Ethiopia, dan Republik Kongo tidak hanya mengantisipasi penyebaran virus dari bandara, tetapi juga di setiap perbatasan. Kemarin maskapai Dubai, Emirates Airlines, telah menghentikan sementara seluruh rute penerbangan ke Afrika Barat. Hal yang sama dilakukan maskapai Arik dan ASKY. (AP/AFP/hep/c20/tia)

CONAKRY - Sekali lagi, wabah ebola menyerang Afrika Barat. Sejauh ini virus mematikan itu telah merenggut sedikitnya 730 nyawa di Benua Hitam tersebut.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News