Suara Kaum Pendatang Skotlandia Menentukan

Suara Kaum Pendatang Skotlandia Menentukan
Suara Kaum Pendatang Skotlandia Menentukan

jpnn.com - REFERENDUM Skotlandia juga menghadirkan kesibukan tersendiri bagi komunitas Asia yang menghuni sisi selatan Kota Glasgow, ibu kota Skotlandia. Hingga Kamis lalu (11/9), slogan-slogan yes masih mendominasi sudut-sudut kota. Kampanye no dengan slogan Better Together tampaknya tidak cukup menarik bagi kaum pendatang yang sudah lebih dari enam dekade tinggal di Skotlandia.    

Alyas Hamidi, pemuda keturunan Iran yang lahir di Glasgow sekitar 21 tahun lalu, mengidentifikasi dirinya Glaswegian. Di hadapan publik, terutama di depan teman-teman kuliahnya di Inggris, Hamidi mengaku sebagai warga Skotlandia. Tapi, di tengah-tengah keluarga besarnya, dia tetap pria Iran. "Saya satu-satunya mahasiswa Iran di kelas. Tapi, saya bangga jadi warga Skotlandia. Saya akan pilih yes," ucap dia. 
   
Glasgow adalah kota terbesar di Skotlandia. Sebagai magnet ekonomi terbesar negara tersebut, wajar penduduk Glasgow sangat majemuk. Selama sekitar 60 tahun terakhir, warga dari berbagai suku bangsa memadati kota tersebut. Sebagian besar adalah warga India, Pakistan, Tiongkok, dan Nepal. Kaum Asia Skotlandia menempati komposisi etnis asing terbesar di Glasgow. 
   
Sebanyak 140.000 penduduk Skotlandia yang keturunan Asia punya hak pilih dalam referendum 18 September mendatang. Meski hanya mewakili 4 persen populasi Skotlandia, suara kaum imigran itu cukup penting. Sebab, hampir seluruh imigran yang telah menghasilkan keturunan di Skotlandia akan bangga mengaku sebagai warga Skotlandia ketimbang warga Inggris Raya. Bisa dipastikan mereka semua memilih yes. (AP/hep/c11/ami)


REFERENDUM Skotlandia juga menghadirkan kesibukan tersendiri bagi komunitas Asia yang menghuni sisi selatan Kota Glasgow, ibu kota Skotlandia. Hingga


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News