Menanti Hasil Referendum Skotlandia

Menanti Hasil Referendum Skotlandia
Menanti Hasil Referendum Skotlandia

jpnn.com - MASA depan Skotlandia "dipertaruhkan" pada referendum 18 September nanti. Jika hasil pemungutan suara itu dimenangi yang pro kemerdekaan, ikatan yang sudah berjalan 307 tahun dengan Inggris Raya berarti lepas. Begitu ikatan tersebut pudar, tidak ada jalan lagi untuk kembali.

 ---
 
Meski belum terlaksana, publik sudah resah dengan rencana kemerdekaan Skotlandia dari Inggris Raya. Bulan lalu 130 pemimpin bisnis membuat surat terbuka yang berisi peringatan dampak jika Skotlandia merdeka. Yaitu, mulai peraturan, mata uang, pajak, pensiun, keanggotaan di Uni Eropa, serta dukungan untuk sektor ekspor.
 
Kendati begitu, pebisnis lain yang mendukung kemerdekaan juga cukup banyak. Sehari setelah keluarnya surat terbuka tersebut, 200 pebisnis lain mengambil langkah serupa. Namun, isi surat terbuka mereka berbeda, yaitu mendukung kemerdekaan Skotlandia.
 
Harus diakui, memang banyak hal yang bakal berubah jika Skotlandia merdeka. Bahkan, saat ini pun berita referendum Skotlandia sudah berimbas. Hasil polling pertama beberapa waktu lalu menunjukkan, banyak warga yang memilih yes untuk berpisah dari Inggris Raya. Hasil tersebut langsung berpengaruh pada nilai mata uang poundsterling. Mata uang yang juga digunakan Skotlandia itu terjun bebas.
 
Kemerdekaan Skotlandia juga berpengaruh pada kemampuan pertahanan militer Inggris Raya. Sebab, pemerintah Skotlandia telah menegaskan bahwa mereka berencana mengusir senjata nuklir dari wilayahnya secepat mungkin. Pangkalan armada kapal selam bersenjata nuklir milik Inggris Raya Trident memang berbasis di Faslane, Skotlandia. 
 
"Ini adalah kebijakan kami. Jika Skotlandia merdeka, kami tidak akan menjadi negara yang memiliki senjata nuklir," tegas pemerintah Skotlandia beberapa waktu lalu. Skotlandia sudah 300-an tahun bergabung dengan Inggris Raya.
 
Untuk urusan pertahanan, Skotlandia berencana masuk menjadi anggota NATO. Pemerintah Skotlandia bakal melakukan negosiasi ulang dengan NATO dan Uni Eropa agar bisa memperoleh keanggotaan. Namun, tampaknya, hal itu bakal sulit. Sebab, para pemimpin Uni Eropa (UE) tidak akan memberikan perlakuan khusus kepada Skotlandia. Jika ingin menjadi anggota UE, mereka harus mengajukan permohonan layaknya negara-negara lain.
 
Tantangan lain yang harus dihadapi pemerintah baru Skotlandia adalah minimnya penduduk usia bekerja. Saat ini separo penduduk yang bekerja di Skotlandia berasal dari Inggris, Wales, dan beberapa negara tetangga. Untuk menggaet penduduk tambahan, Skotlandia berencana mempermudah proses migrasi. Mereka juga akan memperpanjang visa para pelajar dari negara lain dan menawarkan pekerjaan setelah lulus.
 
Meski begitu, banyak pihak yang tetap optimistis dengan kemerdekaan Skotlandia, meski populasi penduduk mereka rendah. Salah satunya adalah Charman dari jaringan pub Weatherspoons Tim Martin. Menurut dia, tidak ada alasan Skotlandia tidak bisa menjadi negara yang sukses saat merdeka nanti.
 
"Populasi di Selandia Baru hampir sama dengan Skotlandia dan mereka melakukannya dengan baik. Populasi Singapura lebih sedikit, tapi mereka sukses secara ekonomi. Begitu pula dengan Swiss," ungkapnya.
 
Beberapa pengusaha yang lain juga mengungkapkan, memang ada kemungkinan harga barang kebutuhan di Skotlandia naik ketika merdeka nanti. Namun, kemungkinan harga kembali turun setelahnya juga cukup besar. 
 
Sejauh ini penjagaan perbatasan antara Skotlandia dan Inggris masih menjadi pembahasan. Kemerdekaan Skotlandia juga berdampak pada pemilihan umum di Inggris Raya. Pemilu yang dijadwalkan pada Mei 2015 tersebut mungkin diundur sampai Skotlandia benar-benar memisahkan diri dari Inggris Raya. Untuk benar-benar berpisah, tentu butuh waktu. Sebab, mereka harus membuat undang-udang sendiri dan berbagai persiapan lain.
 
Jika Skotlandia merdeka, Perdana Menteri Inggris Raya David Cameron bakal menerima tekanan besar untuk segera mengundurkan diri. Dia bakal dicap tidak mampu mempertahankan Skotlandia. Sejatinya, demi membuat Skotlandia tetap bersatu, partai-partai besar di Westminster memberikan iming-iming. Yaitu, Skotlandia akan mendapat tambahan kekuatan di parlemen. Namun, hal tersebut membuat warga Skotlandia bergeming. Referendum akan tetap berlangsung. (CNN/BBC/sha/c5/ami)


MASA depan Skotlandia "dipertaruhkan" pada referendum 18 September nanti. Jika hasil pemungutan suara itu dimenangi yang pro kemerdekaan,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News