Gara-gara Sulit Beli Bensin, Guru Ancam Mogok Mengajar

Gara-gara Sulit Beli Bensin, Guru Ancam Mogok Mengajar
Gara-gara Sulit Beli Bensin, Guru Ancam Mogok Mengajar

jpnn.com - KETAPANG - Sulitnya mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium membuat aktivitas masyarakat terganggu. Para orangtua yang akan mengantarkan anaknya ke sekolah juga kebingungan untuk mendapatkan bensin. Sementara bagi warga yang masuk kerja di pagi hari harus mencari bensin sejak malam harinya. Karena untuk mengantre di SPBU sudah tidak memungkinkan.

Salah satu orangtua siswa, Musni, mengeluhkan sulitnya mendapatkan bensin. Ia yang setiap pagi mengantarkan dan menjemput anaknya ke sekolah, sejak beberapa hari lalu hanya bisa mengantarkan ke sekolah saja. Sementara pulangnya, ia menyuruh anaknya untuk berjalan sama kawan-kawannya.

"Mau tidak mau-lah. Disuruh pakai sepeda anak saya tidak mau. Takut katanya, soalnya di jalan ramai mobil. Kalau mau dijemput, malah tak ada bensin. Kalau pulang sekolah kan tidak apa-apa jalan kaki. Kalau berangkatnya kasian takut terlambat, makanya diantar," kata Musni, kemarin (17/9) pagi.

Sementara itu, sulitnya mendapatkan bensin juga dikeluhkan oleh para guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mengajar lintas kecamatan. Di antaranya guru-guru dari Delta Pawan yang mengajar di Matan Hilir Selatan. Jarak tempuh antara kedua kecamatan ini cukup jauh dan membutuhkan sekitar 2 liter bensin untuk berangkat dan pulangnya.

Akibat sulit mendapatkan bensin, para guru ini mengancam untuk mogok mengajar. "Bagaimana mau mengajar ke sana, bensin di motor tinggal sedikit. Sementara kios yang berjualan bensin entah ada atau tidak. Daripada mendorong kendaraan atau mogok lebih, baik tidak usah ngajar dululah," kata Ina (45) yang mengajar di SDN di Desa Pesaguan MHS.

Dia mengaku bersama beberapa rekannya yang sama-sama mengajar di Kecamatan MHS sudah berniat untuk tidak masuk mengajar hingga bensin normal kembali.

"Kita sudah SMS dan nelepon Pak Kepsek, beliau pada prinsipnya dapat memahami kondisi ini. Karena mau bagaimana lagi, mau dipaksa juga tidak mungkin," tambahnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Eddy. Ia yang mengajar di salah satu sekolah di Kecamatan MHS juga mengaku kesulitan untuk mendapatkan bensin di tingkat pengecer. Sekalipun ada harganya sangat mahal. Mulai dari Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu per liternya. Sementara untuk mengantre di SPBU waktunya tidak memungkinkan.

KETAPANG - Sulitnya mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium membuat aktivitas masyarakat terganggu. Para orangtua yang akan mengantarkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News