Sebelum Salat, Bagikan Masker

Sebelum Salat, Bagikan Masker
MINTA HUJAN: Para jamaah menutup hidung dengan masker saat melakukan salat Istisqa di halaman kantor gubernur Sumatera Selatan, Palembang, Selasa (14/10). Foto: Kris Samiaji/Sumatera Ekspres/JPNN

jpnn.com - PALEMBANG – Kebakaran lahan dan hutan di Sumatera Selatan tidak kunjung usai. Akibatnya, bencana asap kian menjadi hal utama yang menjadi sorotan saat ini. Setiap pagi dan sore, jarak pandang mata hanya mencapai 200 meter.

Selain itu, bencana asap mengakibatkan penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) meningkat karena kualitas udara yang buruk. Karena itu, Pemerintah Provinsi Sumsel melakukan salat Istisqa atau minta turun hujan kepada Allah.

’’Setelah kami lakukan berbagai upaya untuk memadamkan kebakaran lahan dan hutan, baik operasi darat maupun udara melalui waterboombing, kini saatnya kami bermunajat kepada Allah untuk minta berkah berupa hujan yang deras,’’ kata Gubernur Sumsel Alex Noerdin setelah melaksanakan salat Istisqa di halaman kantor gubernur Sumsel di Palembang, Selasa (14/10).

Salat yang dimulai pukul 07.30 WIB itu diikuti sekitar 2.000 jamaah. Mereka berasal dari SKPD dan karyawan serta karyawati di lingkungan Pemprov Sumsel, alim ulama, pelajar se-Sumsel, hingga anak panti asuhan.

Sebelumnya, jamaah diberi masker gratis dari Dinkes Provinsi Sumsel dan Pemprov Sumsel untuk dikenakan ketika salat. ’’Hanya Allah yang Maha Sempurna. Jadi, hanya Dia yang bisa menurunkan hujan. Hari ini (kemarin) kami harus beristigfar, memohon agar turun hujan deras dan menghapus kekeringan di Sumsel,’’ ungkap Alex.

Mantan Bupati Muba itu meminta seluruh masyarakat Sumsel untuk berperan aktif dalam mengurangi kebakaran lahan dan hutan dengan cara tidak membakar lahan dengan alasan apa pun. Alex menuturkan, pihaknya telah melakukan semua upaya untuk menanggulangi bencana asap. Pihaknya juga bekerja sama dengan BNPB yang memberikan bantuan tehnologi.

’’Sudah banyak bantuan berupa heli untuk waterboombing via udara. Ada juga bantuan Hercules untuk TMC (teknik modifikasi cuaca, Red) tetapi gagal karena tidak ada awan di Sumsel,’’ jelasnya.

Karena tidak bisa melaksanakan hujan buatan, papar Alex, pihaknya memaksimalkan operasi darat. Pengeboman air yang telah dilakukan hingga ratusan kali itu dianggap kurang optimal karena sudah ada 7.000 hektare lahan gambut di Sumsel yang terbakar.

PALEMBANG – Kebakaran lahan dan hutan di Sumatera Selatan tidak kunjung usai. Akibatnya, bencana asap kian menjadi hal utama yang menjadi sorotan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News