Pasokan Senjata dari AS Malah Jatuh ke ISIS

Pasokan Senjata dari AS Malah Jatuh ke ISIS
Anggota ISIS sedang membuka kotak berisi senjata yang diduga dikirim oleh Amerika Serikat untuk pejuang Kurdi di Kobane, Suriah (screenshot YouTube, Rabu 23/10/2014).

WASHINGTON - Video terbaru yang diunggah Islamic State (IS) atau sebelumnya bernama Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) membuat gusar pemerintah Amerika Serikat (AS). Sebab, dalam video tersebut, ISIS menunjukkan bahwa mereka mendapat senjata dari Negeri Paman Sam. Pentagon sedang menyelidiki kasus itu.
 
"Kami masih melihat dan mempelajari keaslian video tersebut," ujar juru bicara Pentagon Laksamana John Kirby. Saat ini analis di Centcom Tampa, Florida, mempelajari video itu.

"Jadi, sejujurnya, saya tidak tahu apakah itu salah satu dari senjata yang dijatuhkan atau bukan," tambahnya.
 
Senjata tersebut didrop dari udara oleh AS pada Senin (20/10) untuk pejuang Kurdi yang tengah memerangi ISIS di Kobane, Syria. Ada 28 paket yang dijatuhkan. Masing-masing berisi amunisi, senjata, alat-alat medis, serta obat.

Tiga pesawat jenis C-130 ditugaskan mengirimkan pasokan senjata tersebut. Sayangnya, hanya 27 paket yang sampai. Satu bundel salah sasaran dan akhirnya dihancurkan.
 
Namun, video yang diunggah ISIS itu menunjukkan kenyataan lain. Satu bundel senjata tersebut tidak hancur. Kelompok militan yang sadis itu memiliki senjata serupa seperti yang dikirimkan AS kepada pejuang Kurdi.

Dalam video tersebut, terlihat seorang militan ISIS yang mengenakan baju loreng berdiri di dekat kotak yang terhubung dengan parasut. Dia menjelaskan, senjata itu adalah milik AS yang akan diberikan kepada tentara Kurdi.
 
Kotak tersebut kemudian dibuka dan berisi senjata. Beberapa senjata terlihat lama dan berkarat, sedangkan beberapa lainnya masih baru. Salah satu isinya adalah sekotak penuh granat dan peluncur roket.  Si militan ISIS dalam video itu menyatakan bahwa senjata tersebut adalah rampasan perang.
 
Menurut Kirby, senjata yang terlihat di video memang serupa dengan senjata milik AS  yang dijatuhkan di Kobane untuk pejuang Kurdi. Jadi, ada kemungkinan hal tersebut betul. 'Kami yakin mayoritas bundel senjata berada di tangan yang tepat. Namun, faktanya, kami khawatir satu bundel tidak (berada di tangan pejuang Kurdi),' ujarnya.
 
Aktivis hak asasi manusia (HAM) di Syria juga membenarkan bahwa ISIS hanya menguasai satu bundel senjata yang dijatuhkan AS tersebut. Ada kemungkinan kiriman senjata itu salah sasaran dan berakhir di tangan kelompok militant ISIS.

Jika benar kiriman senjata tersebut salah sasaran, kejadian itu bakal membuat malu pemerintah AS. Sebab, selama ini, pasukan tempur udara mereka yang bertugas mengirimkan senjata dilengkapi dengan teknologi canggih untuk mengetahui posisi sasaran.
 
Itu bukan kali pertama ISIS mendapat senjata dari pemerintah AS secara tidak sah. Seminggu lalu, ISIS juga mencuri tujuh tank tempur buatan Amerika jenis MI Abrams. Mereka mencuri dari tiga pangkalan militer tentara Iraq di Provinsi Anbar.
 
Lebih lanjut, kata Kirby, situasi di Kobane saat ini masih tegang meski tentara Kurdi mengontrol sebagian besar wilayah. Pasukan koalisi yang dipimpin AS telah melakukan setidaknya 130 kali serangan udara untuk mencegah ISIS berkuasa penuh di Kobane.
 
Pentagon juga menambahkan, biaya yang dikeluarkan untuk memerangi ISIS lewat serangan udara sejak 8 Agustus lalu sangat besar. Total yang dikeluarkan mencapai USD 424 juta (Rp 5,08 triliun). (Reuters/BBC/Daily Mail/The Guardian/sha/c23/ami)

Berita Selanjutnya:
WHO Nyatakan Bebas Ebola

WASHINGTON - Video terbaru yang diunggah Islamic State (IS) atau sebelumnya bernama Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) membuat gusar pemerintah


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News