Keturunan Raja yang 'Gundah' Tinggal di Ibu Kota

Keturunan Raja yang 'Gundah' Tinggal di Ibu Kota
BERSAHAJA: Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga (dua dari kiri) seusai serah terima jabatan di Jakarta Selasa (28/10). Foto: Raka Denny/Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - KABINET Kerja yang dibentuk Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla menghadirkan banyak sosok unik dan segar. Bukan hanya itu, tak sedikit yang memiliki rekam jejak cemerlang dalam bermasyarakat. Salah satunya Puspayoga yang kini menjadi menteri koperasi dan usaha kecil menengah.
---------
HENNY GALLA, Jakarta
---------
Selasa (28/10) pukul 10.00 WIB Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga masuk gedung Smesco, kantor Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM), Jalan Gatot Subroto, Jakarta.

Dengan wajah semringah, Puspayoga -panggilan sang menteri- mendapat sambutan meriah dari ratusan staf dan pegawai. Mereka melakukan standing applause. Tak sedikit yang berebut menjabat tangan dan mengambil gambar Pak Menteri dengan kamera ponsel.
 
Ya, tepat pada Hari Sumpah Pemuda itu Puspayoga menjadi nakhoda kementerian yang memiliki segudang tugas berat. Salah satunya, menumbuhkan jiwa-jiwa wirausaha baru dan meningkatkan geliat bisnis UKM agar makin berkualitas dan berkontribusi pada perekonomian Indonesia.
 
Putra asal Bali itu dikenalkan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai menteri koperasi dan UKM pada Minggu sore (26/10) di Istana Merdeka. Sehari setelah dilantik pada Senin (27/10), kursi menteri langsung diserahterimakan dari pejabat sebelumnya, Syariefuddin Hasan, kepada penggantinya, Puspayoga. Dan, Selasa Puspayoga langsung bekerja.
 
"Langkah pertama, saya perlu bertemu dengan menteri koordinator bidang perekonomian dan maritim untuk membahas masalah di sektor ini," katanya seusai serah terima jabatan.

Puspayoga mengakui, menteri pada era Presiden Jokowi memang bakal tidak punya waktu untuk berlenggang kangkung. Karena itu, dia sudah bersiap tancap gas. Pada hari pertama kerja, misalnya, mantan wakil gubernur Bali tersebut sudah diminta presiden untuk merancang anggaran Kemenkop UKM 2015.

Anggaran itu harus digodok seefisien-efisiennya, namun harus menghasilkan program yang efektif. Program menteri lama tetap dipertahankan, kecuali yang kurang perform harus diperbaiki.
 
"Kami langsung tancap gas, tapi tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian dan tidak gegabah. Harus sesuai dengan rambu-rambu. Jangan sampai kami kebablasan dan "jatuh ke parit"," ujar pria kelahiran 7 Juli 1965 itu.
 
Menurut dia, kini ada sebuah transformasi kepemimpinan baru yang membuat seorang menteri harus menyamakan langkah dengan kepala pemerintahannya. "Tidak ada visi misi di masing-masing kementerian. Visi misi itu dipegang presiden. Jadi, tidak ada kebijakan dulu. Meski bukan dalam artian menunggu. Sebab, sudah ada tahapannya. Tinggal koordinasi intern," papar suami Bintang Puspayoga itu.
 
Berhadapan dengan kondisi supersibuk, menurut Puspayoga, bukan hal yang perlu dibesar-besarkan. Sebab, dirinya sudah terbiasa bekerja keras. Apalagi dia optimistis mampu menggapai target lantaran posisinya saat ini sesuai dengan rekam jejak yang sudah dibangun selama puluhan tahun.
 
Puspayoga tidak berangkat dengan pengalaman nihil soal menggarap dan mengembangkan UKM. Jauh-jauh hari sebelum pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencetuskan program kredit usaha rakyat (KUR), Puspayoga menggelar program kredit tanpa agunan (KTA) yang punya skema dan pola yang sama dengan KUR.

Yakni, fasilitas pembiayaan untuk koperasi dan UKM masyarakat Denpasar. Program itu dia dirikan saat menjadi wali kota Denpasar periode 2000"2008. Karena sambutan yang bagus dari masyarakat, program tersebut tetap eksis sampai sekarang.
 
Pada 2008-2013, Puspayoga dipercaya masyarakat Bali menjadi wakil gubernur (Wagub) Bali mendampingi Gubernur I Made Mangku Pastika.

Pada posisi itu, dia kembali punya inisiatif untuk membangun Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida). Lagi-lagi, program itu dia tujukan sebagai upaya mendukung pengembangan UKM di Bali.
 
Dengan track record panjang di bidang UKM itu, wajar apabila alumnus Universitas Ngurah Rai, Denpasar, tersebut menilai bahwa menjadi menteri koperasi dan UKM itu biasa saja. Dia tidak merasa mendapat tugas khusus dan istimewa.
 
"Perasaan saya biasa saja. Ini kan tugas. Dulu saya juga ditugasi jadi wali kota, lalu jadi Wagub," tuturnya.
 
Sebaliknya, ada satu perasaan yang justru membuat Puspayoga sedikit "gundah". Yakni, meninggalkan kampung halamannya di Pulau Dewata dalam waktu lama. Sebab, sejak kecil dia mengaku belum pernah hidup di Jakarta, sedangkan kali ini dia mesti menetap sementara di ibu kota.

Apalagi dia tidak punya rumah pribadi di Jakarta. Karena itu, mau tidak mau, Puspayoga memilih untuk menempati fasilitas rumah dinas menteri yang disediakan pemerintah.
 
"Yang change (mengubah) mental ya hidup di Jakarta ini. Di Jakarta bawaannya juga ngantuk terus. Kalau di Bali, jam 1-2 (dini hari) baru tidur," ungkapnya lantas tertawa.
 
Puspayoga memang bukan tipe pejabat yang muluk-muluk. Dia cenderung low profile. Padahal, bila ditarik dari garis keluarganya, ayah A.A. Ngurah Abiyoga itu merupakan keturunan raja-raja di Bali.

Kakek buyutnya, Tjokorda Ngurah Made Agung, merupakan raja Badung yang gugur dalam Perang Puputan Badung, 20 September 1906. Kendati masuk kasta kesatria, Puspayoga enggan dipanggil sebagai kalangan ningrat. Mengenai masalah itu, dia justru melontarkan kelakar lantas tertawa, "Raja apaan? Raja dangdut?"
 
Meski kini sudah menjadi pejabat tinggi, Puspayoga memang lebih "tampak" sebagai pelayan masyarakat daripada pejabat. Hal itu memang sejalan dengan prinsip yang diturunkan keluarganya.

KABINET Kerja yang dibentuk Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla menghadirkan banyak sosok unik dan segar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News