Tanggalkan Masker, Pilih Kacamata Hitam Agar Tak Grogi di Depan Mayat

Tanggalkan Masker, Pilih Kacamata Hitam Agar Tak Grogi di Depan Mayat
KAYA PENGALAMAN: Pudji ketika melakukan rekonstruksi dalam olah TKP bersama Kapolrestabes Surabaya Kombespol Setija Junianta (kanan). Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos

jpnn.com - Bagi banyak orang, mayat merupakan sesuatu yang seram dan kalau bisa tidak usah berdekat-dekatan. Namun, bagi anggota Unit Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis, dulu unit identifikasi, Red) Polrestabes Surabaya Aiptu Pudji Hardjanto, mayat adalah sebuah karya seni yang menarik. Menurut dia, banyak yang bisa dipelajari dari sesosok mayat.

Laporan Phaksy Sukowati, Surabaya

PENAMPILANNYA tidak ubahnya musisi rock. Rambut gondrong, baju stylish dan cenderung skinny, serta sepatu pantofel runcing hitam. Tidak lupa, kacamata hitam dan aksesori gelang selalu melekat pada lulusan Secaba Polri 1993 tersebut. Itu sangat jauh dengan reputasi yang diperolehnya di kepolisian: spesialis mayat.

Pengetahuannya soal mayat luar biasa. Beberapa kasus pembunuhan terungkap berkat kejeliannya melihat hubungan mayat dengan benda-benda lainnya di TKP (tempat kejadian perkara). Secara otodidak, dia menguasai apa yang disebut Jeffrey Deaver dalam novel-novel kriminalnya hukum pertukaran materi. Bahwa ketika terjadi sebuah peristiwa kriminalitas, selalu terjadi transfer materi.

Dalam kasus pembunuhan, mayat pun bisa menjadi petunjuk penting. ’’Misalnya, ketika korban meronta, kadang tidak sengaja menjambak rambut pelaku. Atau kulit yang terselip di kukunya,’’ papar pria 41 tahun itu.

Sejak awal berdinas, Pudji memang dekat dengan mayat. Penugasannya melingkupi banyak daerah konflik, seperti Timor Timur (kini Timor Leste, Red). Daerah konflik membuatnya bersentuhan dengan banyak jasad manusia. Itulah yang kemudian membuatnya begitu tertarik dengan mayat.

Itulah yang membuat dia memilih untuk masuk menjadi Inafis. Ketika terjadi pemekaran di tubuh satuan reserse kriminal, Pudji lebih memilih masuk unit identifikasi. Di sini dia berperan seperti di serial CSI (Crime Scene Investigation) atau unit olah TKP. Mengungkap kasus, yang paling krusial adalah secepatnya datang ke TKP dan membuat TKP klir. Dalam hal itu, dia paling tertarik menyelidiki mayat yang menjadi korban.

Menurut dia, seorang pelaku yang pintar bisa merekayasa bukti-bukti untuk menyesatkan penyelidikan. ’’Tapi, jenazah manusia tidak bisa direkayasa. Ada perubahan-perubahan teratur yang terjadi sepanjang waktu kematian. Dan kalau dilakukan rekayasa, pasti bisa langsung diketahui,’’ paparnya.

Bagi banyak orang, mayat merupakan sesuatu yang seram dan kalau bisa tidak usah berdekat-dekatan. Namun, bagi anggota Unit Indonesia Automatic Fingerprint

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News