Guru SD Kesulitan Terapkan K-13

Guru SD Kesulitan Terapkan K-13
Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS). Foto: dok.JPNN

jpnn.com - BANJARNEGARA - Kurikulum 2013 (K-13) yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat pendidikan, ternyata dalam pelaksanakannya masih dirasa sulit.  

Guru Sekolah Dasar (SD) merasa harus bekerja ekstra. Sebab mereka harus bisa menerapkan kurikulum dengan metode baru terhadap anak didiknya sesuai karakter  masing-masing anak didik.
    
Kepala SD Negeri 2 Ampelsari Banjarnegara, Hasbunallah mengatakan, berdasarkan hasil survei saat dirinya melakukan pendampingan tahap pertama di delapan SD di wilayah gugusnya. Sebagian besar SD masih belum bisa menerapkan metode yang baru. Masih banyak dijumpai guru mengajar dengan metode lama.
    
"Kebetulan sekolah yang saya damping berada di pelosok,  bahkan untuk mengajak guru menggunakan metode baru saat ini masih sulit," ungkapnya.

Selain itu, mereka jug masih kesulitan terkait cara memberikan penilaian murid. " Mereka masih kesulitan mengenai teknik membuat nilai, mulai dari sikap ,perilaku, dan mata pelajaran yang digabung dan diuraikan dalam benang merah," paparnya.
    
Oleh sebab itu, murid belum bisa aktif berperan seperti yang diarahkan kurikulum 2013. "Misal mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta," jelasnya.

Dia mengatakan, sekalipun buku-buku untuk tema saat ini sudah ada, namun  penerapan metode belum sempurna seuai harapan kurikulum 2013.
    
 "Masih dirasa rumit oleh para guru," tegasnya. Menurutnya, kesulitan terbesar dialami oleh guru kelas 1. Hal ini berkaitan dengan ketentuan bahwa sekolah wajib menerima murid berusia 7 tahun.

"Belum tentu murid tersebut sudah bisa baca, apalagi jika di desa banyak yang tidak masuk TK karena kendala biaya, jadi guru kelas 1 harus ekstra,"jelasnya.
    
Kesulitan juga dirasa oleh para orang tua murid. Salah satu orang tua murid, Diah (37)  mengeluh, dirinya sering kesulitan ketika anaknya, Diana yang masih duduk di kelas 5 SD mendapat tugas atau PR.

"Saya tidak paham ketika anak saya bertanya , sedangkan LKS sudah tidak ada, bagaimana saya mengajarkan? "ungkapnya.
    
Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Dindikpora) Kabupaten Banjarnegara, Agus Sutanto mengatakan, tujuan kurikulum 2013 adalah menuntut murid belajar sesuai karakter masing-masing.

"Dan masing-masing mempunyai potensi yang dimiliki sejak lahir, dan itu digali melalui pendidikan," ujarnya.
    
Menurut dia,  yang diharapkan dengan metode baru dalam kurikulum 2013 ini adalah guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa. "Tapi yang terjadi saat ini justru guru masih cenderung mengajarkan ilmu pengetahuan kepada muridnya," pungkasnya. (ctr/din)


BANJARNEGARA - Kurikulum 2013 (K-13) yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat pendidikan, ternyata dalam pelaksanakannya masih dirasa sulit.  


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News