Australia Diperkirakan Alami Penurunan 40 Persen Investasi Tambang

Australia Diperkirakan Alami Penurunan 40 Persen Investasi Tambang
Australia Diperkirakan Alami Penurunan 40 Persen Investasi Tambang

Lembaga pemerhati ekonomi Australia BIS Shrapnel mengatakan investasi pertambangan di negara ini akan mengalami penurunan, bahkan disebut-sebut sebagai penuruan terbesar dalam sejarah.

BIS Shrapnel merilis laporan soal Pertambangan di Australia Periode 2014-2029. Dalam laporan ini ditemukan adanya penurunan investasi hingga mencapai 40 persen di sektor pertambangan selama empat tahun.

"Kita sudah melihat kemerosotan yang substansial dalam investasi bijih besi dan batubara di seluruh Australia.Tapi sekarang dengan booming investasi gas yamg juga akan berakhir maka akan ada penurunan terbesar di sektor investasi pertambangan," ujar juru bicara Adrian Hart.

Hart mengatakan kemerosotan ini baru saja dimulai. Namun, sektor pertambangan secara keseluruhan diperkirakan masih akan tumbuh sekitar 33 persen dalam lima tahun ke depan.

Pertumbuhan ini sebagai akibat dari naiknya investasi baru-baru ini yang mencapai puncaknya, yakni senilai Rp 930 triliun hingga Juni 2014 lalu.

Australia Diperkirakan Alami Penurunan 40 Persen Investasi Tambang

"Nilai produksi pertambangan di Australia Barat akan melebihi nilai industri manufaktur Australia pada kurun 2014-2015. Ini merupakan statistik yang mengejutkan dan mungkin menunjuk pada masalah yang juga kita miliki di bidang manufaktur ... seperti halnya keberhasilan yang kita miliki dalam produksi pertambangan, "kata Hart.

Tapi Mr Hart mengatakan keuntungan dari produksi pertambangan ini sangatlah terbatas.

"Masalahnya, dalam tahap produksi pertambangan, kebutuhan tenaga kerja intensif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tahap konstruksi," ujarnya.


Lembaga pemerhati ekonomi Australia BIS Shrapnel mengatakan investasi pertambangan di negara ini akan mengalami penurunan, bahkan disebut-sebut sebagai


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News