Ratu Tisha Destria, Alumnus FIFA Master 2013 dan Co-Founder LabBola

Tesisnya Dicueki Kemenpora, Diminati Kementerian Olahraga Inggris

Ratu Tisha Destria, Alumnus FIFA Master 2013 dan Co-Founder LabBola
PERINTIS: Ratu Tisha Destria (depan) bersama rekan-rekannya di LabBola. Foto: Wahyudin/Jawa Pos

jpnn.com - Sepak bola Indonesia memang belum mampu berprestasi di pentas dunia. Namun, Indonesia masih bisa berbangga karena salah seorang anak mudanya bisa menyelesaikan program FIFA Master 2013. Ratu Tisha Destria adalah satu-satunya orang Indonesia yang mendapatkan kesempatan tersebut.

Laporan Narendra Prasetya, Jakarta

KERIUHAN di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, saat laga persahabatan internasional timnas senior Indonesia menghadapi Syria malam itu (Sabtu, 15/11) tidak menyurutkan konsentrasi sekelompok (tujuh) anak muda di tribun VIP barat. Mereka adalah tangan-tangan cekatan yang tergabung dalam lembaga penyedia data statistik dan analisis sepak bola, LabBola.

Badan Tim Nasional (BTN) menunjuk mereka untuk membuat statistik performa timnas sebagai persiapan sebelum berlaga di Piala AFF 2014 yang kini berlangsung di Hanoi, Vietnam.

Ratu Tisha Destria adalah salah seorang sekaligus satu-satunya perempuan di antara tujuh orang itu. Tisha baru sebulan terakhir berada di Jakarta setelah hampir sepuluh bulan mengikuti program beasiswa FIFA Master di Eropa. Bersama Hardani Maulana, Tisha merupakan co-founder LabBola. ”Dari LabBola ini saya bisa mendapatkan beasiswa ikut program FIFA Master setelah di tahun sebelumnya saya gagal,” ujarnya kepada Jawa Pos di sela-sela laga tersebut.

Latar belakang gadis berusia 29 tahun itu sebenarnya termasuk jauh dari dunia sepak bola. Tidak ada darah sepak bola yang mengalir di dalam dirinya. Namun, minat alumnus Jurusan Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut terhadap sepak bola sudah terbentuk sejak SMA.

Bersama Hardani, dia mulai membangun kecintaannya pada sepak bola. Dimulai dari tim kecil-kecilan. Hardani jadi pemain dan Tisha menjadi manajernya. Lalu, dari situ Tisha mulai merambah mengurusi kompetisi hingga ke akar-akarnya.

Tidak mengherankan jika selama empat tahun, sejak 2004 hingga 2008, Tisha didapuk untuk mengurusi tim sepak bola mahasiswa ITB. Tidak melulu mengurusi teknis, dia bahkan sudah masuk urusan nonteknis seperti mencari pemasukan keuangan. Tim sepak bola ITB tergabung dalam kompetisi internal Persib Bandung.

Sepak bola Indonesia memang belum mampu berprestasi di pentas dunia. Namun, Indonesia masih bisa berbangga karena salah seorang anak mudanya bisa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News