Pemerintah Pertimbangkan Subsidi Tetap untuk BBM

Pemerintah Pertimbangkan Subsidi Tetap untuk BBM
Pemerintah Pertimbangkan Subsidi Tetap untuk BBM

jpnn.com - JAKARTA - Potensi berbaliknya tren harga minyak dunia ke level tinggi, masih membayangi jebolnya anggaran negara. Tidak pelak, pemerintah berencana untuk mengambil langkah signifikan dengan skema fixed subsidies atau subsidi tetap untuk bahan bakar minyak (BBM). Dengan subsidi yang dipatok tetap, maka harga BBM bersubsidi bakal mengikuti fluktuasi harga minyak dunia.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, skema subsidi tetap sangat baik apabila diterapkan di Indonesia. Mengingat, saat ini Pemerintah harus berjuang mempertahankan defisit fiskal maksimal 3 persen.

Di satu sisi, Pemerintah juga harus mempertimbangkan kebutuhan bahan bakar yang terjangkau oleh masyarakat. "Yang jelas, agar budget-nya tidak terpengaruh atas pertimbangan-pertimbangan eksternal," ungkapnya di Ritz Carlton, Pacific Place, Selasa (25/11).

Lantaran itu, pihaknya kini sedang mematangkan skema subsidi fixed tersebut. Setelah ditentukan di level kementerian, pihaknya akan membawa proposal ke presiden untuk diputuskan. "Kapan ditentukannya, kami akan lihat waktu yang tepat," ujarnya.

Gubernur BI Agus Martowardojo sebelumnya menjelaskan, untuk masalah"BBM"bersubsidi, Pemerintah seharusnya menerapkan fixed subsidies. "Kalau fixed subsidies, selesai masalah BBM kita. Karena harganya sudah sesuai gejolak dunia. Jadi tidak setiap satu-dua tahun sekali harus menyesuaikan harga"BBM, inflasi pun bisa dikendalikan," terangnya.

Menurut Agus, selama ini inflasi Indonesia cukup tinggi lebih banyak terkerek oleh kenaikan harga BBM bersubsidi. Beberapa momen kenaikan BBM yang memicu tekanan inflasi antara lain pada 2005 mencapai 17 persen, sementara pada 2008 dan 2013 inflasi masing-masing menyentuh angka 11 persen dan 8,3 persen. Tahun ini, inflasi diperkirakan juga cukup tinggi pada kisaran 7,7-8,1 persen. Sumbangan inflasi dari kenaikan harga"BBM"sebesar Rp 2.000 per liter sebesar 2,4-2,8 persen.

Sementara itu, pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono mengingatkan, tingkat keekonomian BBM berubsidi saat ini bisa jadi kembali tak terjangkau apabila harga minyak dunia naik lagi. Sebagaimana diketahui, Pemerintah batal menaikkan harga BBM menggunakan skema Rp 3.000 lantaran harga minyak dunia turun ke level USD 80 per barel.

Padahal, menurut Tony, harga minyak dunia diperkirakan masih bisa meningkat jika OPEC berhasil menekan produksi. "Saya duga harga bisa naik lagi ke USD 90 per barel. Namun, pada tahap sekarang, kenaikan Rp 2.000 sudah sangat memadai," ujarnya.(gal)


JAKARTA - Potensi berbaliknya tren harga minyak dunia ke level tinggi, masih membayangi jebolnya anggaran negara. Tidak pelak, pemerintah berencana


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News