Saya Ingin Tarik Napas Dulu

Saya Ingin Tarik Napas Dulu
Emirsyah Satar. FOTO: dok/jpnn

jpnn.com - Pada 2005, Emir membuat keputusan besar dengan menerima tawaran pemerintah untuk menjadi "pilot" maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia. Setelah menemui Menteri BUMN Rini Soemarno kemarin, Emir menyempatkan diri untuk berbincang dengan Jawa Pos (induk JPNN). 


Berikut wawancaranya. 

---

Apa alasan mundur sebenarnya? 

(Jabatan) saya sudah enggak bisa diperpanjang lagi dan habis pada awal Maret (2015). Mengingat tahun depan itu sangat menantang, sebaiknya manajemen baru masuk dulu untuk menyiapkan 2015. Ada ASEAN Open Sky. Kuartal pertama itu sangat-sangat berat. Jadi, mundur sekarang lebih baik. Toh, beda cuma 2,5 bulan aja kok 

Justru karena cuma 2,5 bulan itu, kenapa tidak dituntaskan saja? 

Kalau nunggu, berarti hilang satu triwulan untuk manajemen baru. Jadi, lebih bagus manajemen baru masuk dulu sekarang. Ada waktu dua sampai tiga minggu untuk menyiapkan. Jadi, 2015 bisa fully. 

Bukan karena pengin jadi banker lagi atau pindah ke airline luar negeri? 

Ah, enggak lah. Saya jadi wartawan aja. Ha ha ha... 

Jadi, habis di Garuda, mau ke mana? 

Mau tarik napas dulu, saya sudah sepuluh tahun. 

Atau ada tekanan tertentu menjelang berakhirnya masa kerja? 

Enggak, zaman Pak Dahlan (Dahlan Iskan, Red), saya sudah mengatakan juga (niat tidak lagi di Garuda). 

Benarkah posisi Bapak digantikan Dirut Citilink Arif Wibowo? 

Saya enggak mau berkomentar. Itu hak prerogatif pemegang saham. 

Bapak sudah paham betul tentang Garuda. Apa yang harus dikerjakan manajemen baru? 

Yang sudah dicapai Garuda itu bagus. Banyak hal yang orang internasional pun enggak nyangka kita bisa di titik ini. Garuda menjadi maskapai nomor 7 dunia, dapat penghargaan the best cabin crew. Sebagai negara kepulauan, saat rakyat makmur, pasti ingin terbang. Jadi, Garuda harus menyiapkan supaya kesinambungan growth itu bisa berlanjut. 

Kinerja tahun depan akan seperti apa? 

Impak penurunan avtur itu besar. Tiap 1 sen harga avtur turun, impaknya ada penghematan USD 17 juta setahun. Saat ini avtur sudah turun 10 sen. Jadi, kurang lebih USD 170 juta setahun. Ada potensi masih turun lagi. Itu akan memberikan efek positif terhadap Garuda. 

Bagaimana capital expenditure 2015? 

Untuk 2015, sudah secure. Tugas manajemen nanti tinggal menyiapkan. Rutenya sudah ada. Pilot dan cabin crew sudah tersedia, tinggal eksekusi saja. 

Pengunduran diri Emirsyah Satar dari jabatan Dirut Garuda akan diresmikan hari ini melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB). Direktur SDM dan Umum Garuda Heriyanto menyatakan, pada 8 Desember 2014, Emirsyah telah menyampaikan surat pengunduran diri sebagai Dirut kepada menteri BUMN selaku pemegang saham seri A dwiwarna. "Surat pengunduran diri ini kami terima pada 10 Desember 2014," ujarnya.

Emir mundur di tengah kinerja Garuda yang kendur. Dalam laporan keuangan triwulan ketiga 2014, tercatat pendapatan usaha naik 4,2 persen menjadi sebesar USD 2,801 miliar jika dibandingkan dengan triwulan ketiga 2013. Namun, di pos bottom line, maskapai nomor satu di Indonesia itu menderita rugi bersih sebesar USD 204,653 juta atau membengkak 528,1 persen jika dibandingkan dengan USD 32,581 juta pada periode yang sama tahun lalu. Salah satu penyebabnya adalah melonjaknya beban usaha yang secara total menjadi USD 3,053 miliar atau meningkat 13,2 persen bila dibandingkan dengan triwulan ketiga tahun lalu. (dim/gen/c11/kim)


Berita Selanjutnya:
Bukan Kesalahan Jokowi

Pada 2005, Emir membuat keputusan besar dengan menerima tawaran pemerintah untuk menjadi "pilot" maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News