Rindu Dahlan Iskan

Oleh; Ali Kusno*

Rindu Dahlan Iskan
Rindu Dahlan Iskan

jpnn.com - Saya sendiri besok sudah berangkat ke Lombok, Bima, lalu jalan darat ke Dompu, Tambora, dan Sumbawa Besar. Saya juga harus langsung kerja, kerja, kerja. Seperti moto lama saya.

BEGITULAH penggalan tuturan Dahlan Iskan dalam tulisan ”Ini Dia Kabinet Kerja, Kerja, Kerja: Sedikit Drama sebelum Kerja”. Banyak pembaca koran maupun media online yang dibuat terpana dan penasaran oleh tulisan Dahlan Iskan. Ada yang berpendapat seperti diajak jalan-jalan. Ada pula yang berpendapat asyik menggelitik. Saya mencoba memotret tulisan Dahlan Iskan dari sudut kajian bahasa.

Bahasa penulis maupun jurnalis bisa saja sama, tetapi gayanya pasti beda. Kekhasan penulis dapat tecermin dari tulisan. Tulisan Dahlan dapat dikategorikan sebagai feature. Feature dimaksudkan untuk memberikan hiburan sebagai bacaan sedap, mendidik, rileks, dan ringan. Feature yang disajikan Dahlan memiliki kekhasan.

Pertama, pilihan judul yang menarik. Judul feature Dahlan efektif membuat pembaca tertarik dan penasaran. Judul-judul yang pernah dipakai antara lain ”Semoga Waras Listrik di Kegilaan BBM”, ”Di Balik Jonan yang Meringkuk dan Danang yang Meringis”, dan ”Dari Mitsui Menjadi Milik Anak Negeri”.

Kedua, optimalisasi teras (lead) yang sempurna. Sebuah teras (lead) yang menarik menjadi daya pikat awal seseorang membaca tulisan. Berhenti membaca atau meneruskan. Dahlan mampu memikat pembaca dengan teras yang sempurna.

Ketiga, penggunaan humor. Feature Dahlan segar dengan selingan humor, seperti pada feature ”Gerak Gerbong Mandalika Menuju Toba”. Angin bertiup sejuk. Bulan yang mendekati purnama tampak menor di langit bersih. Seperti baru keluar dari salon.

Keempat, penggunaan kalimat pendek. Dahlan menghindari kalimat panjang melelahkan. Kalimat pendek menjadi pilihan Dahlan, seperti dalam feature ”Bandara Kamil dan Pelabuhan Bergarbarata”. Garbarata? Yes! Inilah untuk kali pertama penumpang kapal dilewatkan garbarata. Seperti naik pesawat saja. Tidak lagi lewat tangga di dinding kapal yang bergoyang-goyang itu. Yes! Pelindo III memulainya! Sejarah!

Kelima, gaya deskripsi yang gamblang. Gaya deskripsi membuat pembaca memperoleh kesan mengenai hal yang digambarkan. Feature Dahlan memikat dengan deskripsi yang gamblang. Pembaca ikut merasakan petualangan Dahlan dalam feature ”Gerak Gerbong Mandalika Menuju Toba”. Seusai rapat, senja sudah lewat. Saya langsung menuju pantai terindah di kawasan Mandalika, di belakang Novotel: Pantai Kuta. Saya duduk di atas pasir putih menghadap laut selatan.

Saya sendiri besok sudah berangkat ke Lombok, Bima, lalu jalan darat ke Dompu, Tambora, dan Sumbawa Besar. Saya juga harus langsung kerja, kerja,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News