Kayla dan Sulton, Kakak-Adik Penderita Talasemia Mayor
Limpa Membengkak, Seumur Hidup Transfusi Darah
jpnn.com - “BU, nanti kalau sudah besar saya penginjadi dokter,’’ ungkap Kayla In’ami Nashiro kepada ibunya, Wahyu Asih Setyowati. Kalimat itu seperti celetukan biasa yang disampaikan seorang anak ketika ditanya cita-cita saat dewasa kelak. Namun, bagi Kayla, itu adalah sebuah keseriusan. Menjadi seorang dokter adalah impiannya.
Sang ibu pun memeluk tubuh mungil Kayla sambil mengelus lembut kepalanya. Pelukan tersebut dilakukan untuk meyakinkan bahwa impian itu kelak bisa terwujud. ’’Iya, Nak. Kenapa Kayla pengin jadi dokter?’’ tanya ibu.
Kayla tersenyum. Dia mengatakan bahwa cita-citanya muncul lantaran hampir tiap bulan dirinya bertemu dengan dokter RSUD dr Soetomo. ’’Kayla kan sakit. Kayla pengin sembuh,’’ jawab Kayla. Ucapan gadis berusia 7 tahun itu seketika diamini ibunya.
Duduk di pangkuan Wahyu, Kayla membuka kembali pelajaran yang telah disampaikan gurunya di sekolah. Ya, Kayla adalah siswi kelas I SD di Surabaya Utara. Dia memang memiliki kebiasaan mempelajari materi-materi pelajaran yang didapat di sekolah atau sekadar bermanja-manja dengan sang ibu. Wajar, ibu Kayla adalah seorang guru privat paro waktu. Karena itu, saat senggang, belajar adalah hiburan yang menarik bagi keluarga tersebut.
Sejatinya, Kayla, si kecil dengan semangat besar itu, adalah penderita talasemia mayor. Itu adalah jenis talasemia paling parah. Sebab, penderita penyakit tersebut harus menjalani transfusi darah rutin seumur hidup. Hemoglobin dalam tubuh mereka tidak mencukupi.
Di keluarga itu, bukan cuma Kayla yang menyandang talasemia. Adiknya, Ahmad Sulton Almusyofa, idem ditto. Mereka diketahui menderita talasemia pada 2011.
Saat itu Wahyu masih tidak tahu talasemia. Dia bercerita, Kayla saat berumur 2 tahun kerap mengalami radang tenggorokan dan infeksi saluran kencing. Ketika Kayla diperiksa di RS Haji Surabaya, dokter memvonisnya menderita tuberkulosis (TBC). Kayla pun harus menjalani pengobatan rutin selama enam bulan hingga penyakit tersebut sembuh.
’’Setelah itu, kondisinya membaik. Saya tenang,’’ ujarnya. Setelah itu, tidak ada gejala-gejala lain pada tubuh Kayla. Wahyu pun menganggap Kayla sehat seperti anak-anak normal lain.
“BU, nanti kalau sudah besar saya penginjadi dokter,’’ ungkap Kayla In’ami Nashiro kepada ibunya, Wahyu Asih Setyowati. Kalimat
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri