Menuai Kontroversi, Ini Alasan Film Abad Kejayaan Tetap Tayang

Menuai Kontroversi, Ini Alasan Film Abad Kejayaan Tetap Tayang
ilustrasi

jpnn.com - PENAYANGAN film King Suleiman (Abad Kejayaan) mendapat kecaman dari beberapa kelompok Islam tanah air. Tayangan tersebut disinyalir telah mendistorsi sejarah Islam, merendahkan wanita Islam, dan melecehkan para khalifah.

Kini, tayangan King Suleiman yang saat ini berganti judul menjadi Abad Kejayaan diminta untuk dihentikan. Tak hanya itu, ANTV yang menjadi penanggung jawab dari tayangan tersebut didesak untuk segera menyatakan permohonan maaf secara terbuka kepada umat Islam khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya.

Namun demikian, Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU, Al Zastrouw menilai permintaan untuk menghentikan tayangan Abad Kejayaan terlalu berlebihan. Menurutnya, Abad Kejayaan bukan film dokumentasi sejarah seperti yang disebutkan sebelumnya, tetapi drama serial fiksi yang berlatar belakang sejarah.

Zastrouw juga mengungkapkan rasa khawatirnya terkait tindakan beberapa kelompok Islam yang meminta penghentian tayangan Abad Kejayaan. 

"Kita tidak bisa menghadapi ini secara emosional, apalagi menekan dengan menggunakan intimidasi atau kekuatan massa. Alih-alih bisa mengembalikan citra Islam sebagai agama suci, tapi justru bisa jadi pembuktian bahwa umat Islam itu cengeng, mudah marah, tidak kreatif, dan gampang tersinggung," kata Zastrouw dalam Diskusi Budaya Film Abad Kejayaan: Antara Fiksi, Sejarah, dan Agama, di Kantor PBNU, Kramat, Jakarta Pusat, Sabtu (24/1).

Tak hanya itu, Zastrouw juga menolak penghentian tayangan Abad Kejayaan. "Kami menolak penghentian penayangan serial Abad Kejayaan karena hal ini bisa menghentikan proses kreatif dan menghilangkan momentum dialog mengenai sejarah Islam," tandasnya. (mg1/jpnn)


PENAYANGAN film King Suleiman (Abad Kejayaan) mendapat kecaman dari beberapa kelompok Islam tanah air. Tayangan tersebut disinyalir telah mendistorsi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News