Dolly Saja Bisa Ditutup, Mengapa Bukit Maraja Tidak?

Dolly Saja Bisa Ditutup, Mengapa Bukit Maraja Tidak?
PSK. Ilustrasi. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - SIMALUNGUNG - Kasus kaburnya tiga warga Depok,  yakni Rose, Mawar, dan Melati (nama samaran) dari Lokalisasi Bukit Maraja, Simalungun, mendapat perhatian luas warga, termasuk sejumlah tokoh agama.

Mulai menggaung desakan agar lokalisasi itu ditutup karena praktik prostitusi berakibat fatal terhadap generasi muda dan masyarakat luas di Siantar-Simalungun.

Ustad M Samsul Bahri yang dimintai komentarnya mengatakan bahwa prostitusi adalah dosa yang sangat besar. Dan, sudah selayaknya tempat maksiat tersebut dihentikan karena banyaknya permasalahan yang pernah terjadi di sana.

"Seharusnya Pemkab menutup lokalisasi itu. Dalam agama, berzinah merupakan dosa terbesar yang tiada ampun, apalagi memperdagangkan manusia," ujarnya.

"Para ulama dan tokoh agama lainnya harus bersatu dan masyarakat harus mendukung agar tempat tersebut ditutup. Tidak ada lagi tempat maksiat di sekitar kampung kita ini," jelasnya.

Dukungan yang sama disampaikan Ketua Organisasi Islam Simalungun (OKI) Maryani Harahap. "Seharusnya itu bisa ditertibkan. Dolly saja yang terbesar di Asia Tenggara bisa ditutup. Mengapa Bukit Maraja dan tempat lainnya tidak?" cetusnya.

Ketua Majelis Ulama Indonsia (MUI) Simalungun H Abdul Halim Lubis mengatakan bahwa sebelum-sebelumnya desakan menutup lokalisasi di Simalungun sudah dilontarkan MUI kepada Pemkab Simalungun. Hanya saja Pemkab Simalungun tidak pernah merealisasikannya.

"Harus ditutup itu. Kita tidak ingin generasi yang seharusnya dapat membangun Simalungun menjadi rusak karena banyaknya tempat prostitusi," ujar H Abdul Halim Lubis. (lud/arr)

SIMALUNGUNG - Kasus kaburnya tiga warga Depok,  yakni Rose, Mawar, dan Melati (nama samaran) dari Lokalisasi Bukit Maraja, Simalungun, mendapat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News