Perjuangan Orang Tua Gathfan Habibi Dampingi Anaknya yang Koma Hampir Dua Bulan

Pasrah ke Tuhan, tapi Curigai Tindakan Medis RS

Perjuangan Orang Tua Gathfan Habibi Dampingi Anaknya yang Koma Hampir Dua Bulan
Lilik Setiawati tak pernah absen menunggui buah hatinya, M. Gathfan Habibi, yang koma panjang dan dirawat di RSUD Ibnu Sina Gresik. Foto: Umar Wirahadi/Jawa Pos

jpnn.com - Bagaimana perasaan orang tua melihat buah hatinya koma panjang tanpa kejelasan kapan akan sadarkan diri? Itulah yang dialami pasangan suami istri Pitono dan Lilik Setiawati yang mesti mendampingi M. Gathfan Habibi, buah hati mereka yang koma lebih dari 50 hari setelah menjalani operasi 3 Januari lalu.

= = = = = = = = = = = = = = = =  =

WAJAH letih karena kurang tidur terlihat jelas dari raut muka Lilik Setiawati. Sesekali matanya yang sembap mengarah ke layar monitor di samping tempat tidur anaknya. Alat pemantau detak jantung dan nadi itu terus bergerak naik turun sesuai kondisi yang terjadi.

Puluhan hari berlalu, perempuan 35 tahun tersebut tidak pernah merasakan yang namanya tidur nyenyak. Terlelap hanya sebentar, lalu terjaga lagi. Begitu setiap hari. Dia tidak bisa memejamkan mata berlama-lama. ”Dalam semalam paling lama saya bisa tidur hanya tiga jam. Lebih sering terjaga,” kata Lilik saat ditemui Jawa Pos, Selasa (24/2).

Sejak 3 Januari lalu Lilik tidak pernah beranjak dari ruang intensive care unit (ICU) RSUD Ibnu Sina Gresik, Jawa Timur. Di situlah M. Gathfan Habibi, putra bungsunya, terbaring tidak sadarkan diri. Bocah laki-laki berusia 5 tahun 7 bulan itu mengalami koma hingga waktu yang tidak diketahui kapan akan sadarkan diri. Di mulutnya terpasang alat ventilator mekanik untuk membantu proses pernapasannya.

Tim medis yang menangani pun tidak bisa memastikan kapan anak itu siuman dari ”tidur” panjangnya tersebut. ”Sekarang ruangan ini (ICU, Red) sudah seperti kamar tidur baru bagi saya dan anak saya,” ujar perempuan berkulit putih itu, kemudian tersenyum kecut.

Kemarin persis 54 hari sudah Lilik tinggal di kamar barunya itu mendampingi anaknya, Habibi. Belum sekali pun dia menyempatkan pulang ke rumahnya di Desa Sumber, Kecamatan Kebomas, Gresik. ”Khawatir anak saya tiba-tiba bangun,” ucapnya dengan mata menerawang.

Untuk istirahat, ibu dua anak itu tidak terlalu memedulikan tempat. Dalam kondisi ruangan yang terbatas, mau tidak mau dia harus bisa menyesuaikan diri. Terkadang, jika sangat mengantuk, dia bisa tidur dalam posisi duduk sambil menyandarkan diri di tembok kamar ICU.

Bagaimana perasaan orang tua melihat buah hatinya koma panjang tanpa kejelasan kapan akan sadarkan diri? Itulah yang dialami pasangan suami istri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News