Pilih Tinggalkan ISIS daripada Perkosa Gadis

Mantan Militan Beber Kelakuan Bejat Tentara ISIS

Pilih Tinggalkan ISIS daripada Perkosa Gadis
Foto: english.alarabiya.net

jpnn.com - SEORANG mantan militan yang berperang demi Negara Islam Irak Suriah (ISIS) memutuskan untuk meninggalkan kelompok pemberontak yang dikenal brutal itu. Seorang militan bernama Hamzah yang berperang di Irak dan Suriah, memilih hengkang dari ISIS karena tak mau ambil bagian dalam pemerkosaan terhadap para wanita yang dijadikan budak seks.

Hamzah adalah anggota ISIS dari Fallujah, Irak yang menuturkan pengalamannya selama bergabung dengan kelompok pemberontak itu kepada Patrick Cockbum, wartawan dari media Inggris,  Independent. Hamzah mengaku kecewa dengan cara-cara yang digunakan ISIS setelah para komandannya menjadi haus darah dan liar dalam urusan syahwat.

Ia menuturkan, seorang militan senior di ISIS mengambil keuntungan dari ribuan gadis sekolahan asal luar negeri yang bergabung dengan kelompok teror itu. Para perempuan muda pendatang itu dikawini secara kontrak oleh para komandan ISIS, lantas diceraikan sepekan kemudian untuk diberikan kepada militan lainnya.

Namun, bukan itu saja yang membuat Hamzah tercengang. Militan ISIS memperjual-belikan wanita-wanita muda dari kaum Yazidi, memperkosa dan menjadikan mereka sebagai budak seks. Kaum Yazidi memang menjadi target ISIS karena kelompok penganut agama sinkretisme itu dianggap kafir dan penyembah berhala.  

Menurut Hamzah, ISIS memang menggaji para tentaranya. Hamzah mengaku digaji sekitar IQD (Iraqi Dinar) 400 ribu atau sekitar  Rp 4,5 juta per bulan plus gratis makanan, bahan bakar dan akses internet.

Selain itu, ISIS juga menggunakan metode cuci otak dengan menggunakan waktu luang para militan untuk menghadiri ceramah para ulama dan membaca Alquran. ISIS juga menggelar kompetisi berhadiah uang tunai bagi militan yang memiliki ilmu pengetahuan hebat.

Hamzah mengaku bergabung dengan ISIS karena terpaksa lantaran tak punya pilihan lain saat kota asalnya dibumi-hanguskan oleh militan. Ia lantas dikirim ke pusat pelatihan ibu kota ISIS di Raqqa, Suriah untuk dibina menjadi eksekutor.

Setelah dipaksa menyaksikan video pemenggalan kepala yang tak terhitung jumlahnya, Hamzah lantas diperintahkan mengeksekusi warga lokal dari kelompok Sunni yang dianggap bekerja untuk pemerintah. Namun, Hamzah menolak melakukan aksi bengis itu dengan alasan tak mau mengeksekusi orang-orang yang dikenalnya sebagai teman.

SEORANG mantan militan yang berperang demi Negara Islam Irak Suriah (ISIS) memutuskan untuk meninggalkan kelompok pemberontak yang dikenal brutal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News