Orang-Orang yang Lebih Mudah Bangun Cerobong

Orang-Orang yang Lebih Mudah Bangun Cerobong
Orang-Orang yang Lebih Mudah Bangun Cerobong

jpnn.com - TERSERAH. Itulah salah satu kata yang terbanyak saya ucapkan ketika ditanya anak buah, teman, atau keluarga. Biasanya saya memang hanya mengajukan usul atau ide dalam satu-dua kata.

Saya sependapat dengan peribahasa ini. "Satu kata cukup untuk orang bijaksana. Sebanyak apa pun kata tidak akan cukup untuk memenuhi piring."

Itu diciptakan oleh Benjamin Franklin, salah satu pendiri Amerika Serikat. Tapi, kadang satu kata memang tidak cukup. Maka, datanglah pertanyaan-pertanyaan susulan kepada saya.

Biasanya saya menjawab, "Terserah." Saya percaya bahwa orang di sekitar saya, termasuk anak buah saya, adalah orang-orang yang pandai. Bahkan mungkin lebih pandai.

Bahwa mereka mengajukan pertanyaan, saya yakin itu karena kebiasaan saja. Kebiasaan banyak dinasihati. Atau kebiasaan minta petunjuk. Atau kebiasaan memiliki atasan yang kalau tidak dimintai petunjuk merasa diabaikan anak buah.

"Terserah," jawab saya ketika anak buah mengajukan pilihan cara mengerjakan atau memutuskan. Tapi, kalau dia masih juga minta petunjuk, saya akan bilang bahwa saya ini bukan "pabrik petunjuk". Yang selalu memproduksi petunjuk. Kecuali mereka benar-benar tidak tahu, barulah saya bicara. Itu pun bukan petunjuk. Hanya usul. Bahwa usul saya itu dianggap baik, silakan.

"Kalaupun tidak, silakan pakai cara lain. Saya tidak marah kalau "petunjuk"saya tidak dijalankan. Asal yang dia lakukan lebih baik.

Istri saya sering komplain. "Kok terserah terus?" katanya.

TERSERAH. Itulah salah satu kata yang terbanyak saya ucapkan ketika ditanya anak buah, teman, atau keluarga. Biasanya saya memang hanya mengajukan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News