Dari Ketakutan Menjadi Sebuah Semangat

Dari Ketakutan Menjadi Sebuah Semangat
Anies Baswedan. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - UJIAN Nasional (UN/Unas) tingkat SMA/SMK/MA mulai digelar serentak di 69 ribu sekolah se Indonesia, Senin (13/4). UN kali ini sangat berbeda dengan tahun lalu, karena mulai 2015, hasil UN bukan lagi penentu kelulusan siswa. 

Untuk melihat kesiapan siswa maupun sekolah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan melakukan sidak di sejumlah SMA/SMK. Berikut petikan wawancara singkat wartawan JPNN.com, Mesya Mohamad dengan Mendikbud, Senin (13/4).

Dari beberapa sekolah yang disidak, bagaimana penilaian khusus kesiapan sekolah maupun siswa?

Saya lihat baik-baik saja, tidak ada kendala. Semuanya siap, dan bisa dilihat tadi siswa-siswanya lebih enjoy. Begitu juga saat pengambilan naskah UN, masing-masing sekolah punya satu tekad sama menciptakan UN 2015 sebagai UN yang jujur

Dengan sistem UN yang tidak lagi sebagai penentu kelulusan, apakah bisa dijamin kualitas kelulusan siswanya. Apalagi siswa yang nilai UN-nya di bawah 5,5 tidak diwajibkan mengulang?

Memang UN bukan lagi jadi tolok ukur kelulusan siswa. Namun, setiap siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi akan berusaha keras agar nilai UN-nya di atas 5,5. Karena nilai UN ini akan menjadi salah satu pertimbangan dari perguruan tinggi negeri (PTN) ketika menerima mahasiswa. Tidak hanya di Indonesia, ketika siswa ingin sekolah ke luar negeri, harus belajar keras karena di luar negeri nilai UN jadi patokan. Bahkan di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan lainnya, standar nilai UN-nya lebih tinggi (di atas 5,5).

Yang pemerintah harapkan di sini adalah, ada perubahan mindset dari siswa, orangtua, guru, dan kepala sekolah. Karena ketika nilai UN menjadi syarat utama kelulusan, di situ muncul ketidakjujuran, salah satunya kebocoran soal. Masing-masing sekolah berupaya agar siswanya mendapatkan nilai tertinggi. Kenapa? Karena di pikiran guru dan kepsek, sekolah yang menghasilkan siswa dengan nilai UN tinggi akan menjadi favorit. Nah di siswa dan orangtua sama juga, mereka berpikir kalau nilai UN tinggi, bisa masuk ke sekolah atau perguruan tinggi favorit. Jadi nilai UN ini memberikan multiplier effect.

Itu sebabnya, UN 2015 kita ubah total, dari ketakutan siswa tidak lulus tes menjadi semangat untuk masuk ke perguruan tinggi negeri yang berkualitas. Seluruh PTN juga sudah paham dan bersepakat untuk menjadikan nilai UN sebagai bahan pertimbangan dalam SNMPTN.

UJIAN Nasional (UN/Unas) tingkat SMA/SMK/MA mulai digelar serentak di 69 ribu sekolah se Indonesia, Senin (13/4). UN kali ini sangat berbeda dengan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News