Finger Talk Cafe, Pertama dengan Pramusaji Tunarungu

Pesan Makanan dengan Gerakan Jari dan Tangan

Finger Talk Cafe, Pertama dengan Pramusaji Tunarungu
Nurul (kanan) pramusaji deaf melayani pembeli yang datang ke kafe finger talk. Pembeli berusaha menjelaskan pesanannya kepada pramusaji. Foto: Zalzilatul Hikmia/Jawa Pos

jpnn.com - Memesan makanan biasanya dilakukan cukup dengan menyebutkan keinginan kita ke pramusaji. Namun, itu tidak berlaku di finger talk cafe di daerah Pamulang, Tangerang, Banten. Pengunjung diminta memanfaatkan tangan dan jari untuk berkomunikasi dengan pramusaji. Sebab, mayoritas adalah tunarungu.

Laporan Zalzilatul Hikmia, Tangerang

SEKITAR pukul 12.00 suasana kafe di Jalan Pinang, Pamulang Timur, Tangerang Selatan, itu begitu ramai. Wajar, memasuki waktu makan siang, orang-orang berbondong-bondong mencari rumah makan.

Tapi, suara ramai itu ternyata tidak hanya datang dari obrolan-obrolan atau riuh tawa para pengunjung. Suara tersebut juga muncul dari obrolan pengunjung dan pramusaji.

Di salah satu sudut, misalnya, terlihat seorang pengunjung yang tengah memesan makanan. Sambil menunjuk menu, dia mengucapkan kalimat dengan nada agak keras. Jika dipandang dari jauh, dia tampak seperti sedang marah-marah. Namun, itu bukan marah. Pembeli hanya mengucapkan pesanan dengan suara agak tinggi disertai gerakan mulut yang diperlambat. ”Sa-ya pe-san ini u-dang sa-tu. Sa-ma teh ta-rik sa-tu,” tutur perempuan itu.

Tapi, yang disampaikan rupanya belum juga ditangkap pramusaji. Sang pramusaji tersenyum sembari menyodorkan bolpoin beserta kertas. Dia meminta pengunjung menulis pesanan.

Ya, kafe itu memang terlihat agak berbeda dengan tempat-tempat makan biasa. Pengunjung tidak bisa membaca menu sambil menyebutkan seluruh pesanan dan dengan cepat akan dicatat pramusaji. Sebab, di situ hampir seluruh pelayannya memiliki keterbatasan dalam pendengaran atau tunarungu.

Hal serupa tampak di sudut bagian kanan. Dua perempuan yang tengah duduk di dekat jendela tampak tengah berusaha keras menyampaikan pesanan. Mereka sedang mengobrol dengan Frisca, salah seorang pramusaji. Nama Frisca bisa langsung diketahui dari seragam yang dikenakan. Di bagian belakang seragam memang sengaja dicetak nama pramusaji. Nama mereka juga digambarkan dengan bahasa isyarat yang menggambarkan setiap huruf nama mereka.

Memesan makanan biasanya dilakukan cukup dengan menyebutkan keinginan kita ke pramusaji. Namun, itu tidak berlaku di finger talk cafe di daerah Pamulang,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News